Valas & Komoditas | ||||||||||||||||||||||||||||||
Senin, 18/02/2008 | ||||||||||||||||||||||||||||||
Harga gandum, CPO & kedelai berpotensi naik sepanjang 2008 | ||||||||||||||||||||||||||||||
JAKARTA: Harga komoditas bahan pangan masih berpotensi naik sepanjang 2008 khususnya produk yang memiliki peranan sebagai bahan bakar alternatif seperti gandum, kedelai, dan CPO. Citigroup Indonesia memproyeksikan permintaan atas komoditas pangan khususnya yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif masih tinggi yakni dari negara-negara emerging market. Dengan demikian harga komoditas itu masih berpeluang naik sepanjang 2008-2009. Namun untuk komoditas lain, khususnya logam dan minyak mentah dunia, menurut Director Country Economist Citigroup Indonesia Anton Gunawan, harganya mulai menunjukkan penurunan seiring berkurangnya permintaan. Melambatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) hingga menunjukkan tanda-tanda menuju resesi ekonomi, menjadi pemicu menurunnya harga logam dan minyak mentah. Permintaan akan berkurang, sehingga ekspor dari negara-negara produsen ke AS berkurang.
Citigroup memprediksi volume impor AS terus menunjukkan penurunan. Pada kuartal I 2008 negara itu tidak melakukan pembelian dari negara lain. Namun pada kuartal II dan ke III volume impor terus menurun yakni menjadi minus 0,6 dan minus 0,5, dan pada kuartal keempat kembali nol. Persediaan minyak Departemen Energi AS pada 13 Februari 2008 melaporkan jumlah persediaan minyak mentahnya naik 6,4% menjadi 18,2 juta barel sepanjang lima pekan terakhir. Total permintaan minyak turun 1,8% menjadi 20,1 juta barel pada pekan lalu. AS merupakan negara konsumen minyak terbesar dunia. Merrill Lynch & Co memproyeksikan permintaan atas komoditas pertanian dan logam mulia masih tinggi setahun ini khususnya dari negara emerging market. Kurs dolar AS yang semakin melemah dan menurunnya harga saham di AS memicu para investor mencari alternatif investasi. "Tahun ini akan menjadi tahun positif bagi pertumbuhan keuntungan dari sektor komoditas. Permintaan yang masih tinggi dari emerging market, produksi yang terbatas, dan persediaan yang berkurang menjadi faktor pemicu tingginya harga," kata Francisco Blanch, head of global commodities research Merrill Lynch seperti dikutip Bloomberg. Sepanjang 2008 pasokan dan permintaan produk pertanian semakin ketat, seperti untuk produk-produk gas alam, kacang kedelai, minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO), nikel, emas, dan perak. Persediaan minyak dan produk pertanian global terus menunjukkan penurunan karena permintaan yang tinggi sehingga memicu lonjakan harga. Blanch menambahkan harga kedelai, gandum, dan CPO setahun ini terus memperbaharui rekor tertingginya dipicu meningkatnya permintaan dari India dan China. Pasokan kedelai ke AS terus menurun setelah petani mengurangi tanamannya dalam empat tahun ini menjadi 2,6 miliar bushel. Persediaan kedelai AS akan anjlok 160 juta bushel dari 574 juta tahun ini. Harga kontrak berjangka kedelai mencapai rekor US$13,98 per bushel pada perdagangan akhir pekan. Setahun ini harga sudah melonjak 86%. Harga perak akan bertengger dikisaran US$14,46 per ounce pada 2008, dibandingkan dengan harga rata-rata pada 2007 sebesar US$13,39. (berliana.elisabeth@bisnis.co.id) Oleh Berliana Elisabeth S. | ||||||||||||||||||||||||||||||
© Copyright 2001 Bisnis Indonesia. All rights reserved. Reproduction in whole or in part without permission is prohibited. |
20 February 2008
Bisnis 18-Feb-08: Harga gandum, CPO & kedelai berpotensi naik sepanjang 2008
Bisnis 18-Feb-08: Pemerintah jaga harga HPP kedelai minimum Rp5.500 per kg
Agribisnis | ||||||||||
Senin, 18/02/2008 | ||||||||||
Pemerintah jaga harga HPP kedelai minimum Rp5.500 per kg | ||||||||||
JAKARTA: Pemerintah akan menjaga harga kedelai di tingkat perajin tahu dan tempe stabil pada batas harga minimum Rp5.500 per kg dan maksimal Rp6.500 per kg melalui pengadaan kedelai lokal oleh Perum Bulog. "Harga di pasar kita harapkan tidak lebih dari Rp6.000-Rp6.500 per kg sampai di tingkat produsen tahu tempe. Itu bagi petani sudah untung, mungkin konsumen bilang mahal tetapi tempe dan tahu kandungan gizinya lebih tingggi daripada nasi," kata Dirjen Tanaman Pangan, Departemen Pertanian, Sutarto Alimoeso, akhir pekan lalu. Dalam rangka itu, Deptan bersama Perum Bulog dan Bank Artha Graha Internasional akan bekerja sama untuk mendorong petani menanam kedelai sehingga produksi nasional meningkat hingga mencapai status swasembada. Kerja sama itu akan ditindaklanjuti dengan penandatanganan nota kesepahaman dalam waktu dekat itu. Nota itu isinya berupa program jaminan pembelian kedelai petani dengan harga yang ditetapkan pemerintah (HPP/harga pembelian pemerintah) dan Bulog sebagai penyalur kebutuhan perajin tahu dan tempe melalui Inkopti (Induk Koperasi Tahu Tempe) dan Primkopti (Primer Koprasi Tahu Tempe Indonesia). "Kita harapkan minimum [HPP] bisa Rp5.500 per kg. Ini sesuai dengan desakan rakyat melalui DPR. Bulog diminta menjadi penyangga untuk komoditas kedelai," ujarnya. Dengan HPP sebesar itu, lanjutnya, harga kedelai di tingkat pengrajin tahu dan tempe dapat ditahan antara Rp6.000 dan Rp6.500 per kg. Deptan nantinya akan membina petani untuk mengelola lahan kedelai seluas minimal 100.000-200.000 hektare yang diperkirakan bisa memproduksi sekitar 300.000 ton per tahun. Menurut dia, butir utama yang akan dimasukkan dalam MoU antara Deptan dan Perum Bulog adalah Ditjen Tanaman Pangan bersama dinas pertanian serta pemprov melakukan pembinaan pada petani. Produksi naik Selanjutnya hasil produksi akan dibeli Bulog dengan patokan HPP dengan menggunakan fasilitas anggaran dari perbankan. Menurut dia, peran Bulog sebagai offtaker yang membeli kedelai sesuai HPP diharapkan bisa meningkatkan produksi kedelai nasional. Jaminan harga akan menyokong upaya pemerintah menuju kemandirian produksi kedelai, hingga mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri. Produksi kedelai dalam negeri tahun lalu baru mencapai sekitar 600.000 ton, jauh lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat dalam setahun yang mencapai 1,8 juta hingga dua juta ton. "Kita harapkan dengan itu petani bergairah (menanam kedelai) dan mendapat keuntungannya wajar," katanya. Selama ini, kebutuhan kedelai yang sebesar 1,8 juta ton hingga 2 juta ton per tahun lebih banyak dipasok dari impor mengingat produksi dalam negeri hanya 600.000 ton. (k34) (linda.silitonga@bisnis.co.id/martin.sihombing@bisnis.co.id) Oleh Linda T. Silitonga & Martin Sihombing | ||||||||||
© Copyright 2001 Bisnis Indonesia. All rights reserved. Reproduction in whole or in part without permission is prohibited. |
Bisnis 19-Feb-08: Inkopti & Inkobama Didorong Distribusikan Kedelai Impor
| ||||||||||||||||||||