20 February 2008

Bisnis 19-Feb-08: Inkopti & Inkobama Didorong Distribusikan Kedelai Impor


Usaha Kecil & Koperasi
Selasa, 19/02/2008
Inkopti & Inkobama didorong distribusikan kedelai impor
JAKARTA: Kementerian Koperasi dan UKM mendorong Inkopti dan Inkobama menjadi distributor kedelai untuk produsen tahu dan tempe, setelah memperoleh tiga perusahaan yang berkomitmen mengimpor komoditas bahan baku tersebut.

Asisten Deputi Urusan Ekspor Impor Kementerian Koperasi dan UKM Prijadi Atmadja mengatakan kebijakan tersebut untuk memberdayakan jaringan koperasi dan anggotanya yang menghadapi kelangkaan kedelai.

"Kedua induk koperasi yang kami dorong menjadi distributor kedelai ke perajin tahu dan tempe adalah Inkopti dan Inkobama," ujar kepada Bisnis kemarin.

Induk Koperasi Tahu Tempe (Inkopti) memiliki jaringan koperasi primer tahu tempe (kopti) hingga 200 unit yang tersebar di berbagai daerah, sedangkan Induk Koperasi Bahan Makanan (Inkobama) juga memiliki jumlah anggota yang sama.

Terkait dengan nama calon pengimpor kedelai, Prijadi tidak bersedia menyebut nama perusahaan yang akan menjadi importir alternatif tersebut. "Ada tiga perusahaan skala UKM masuk dalam nominasi importir alternatif."

Mereka dianggap layak menjadi importir, karena berpengalaman menjalin kerja sama dengan pihak asing, seperti melakukan pameran berkesinambungan di mancanegara dan memiliki jaringan bisnis.

Meski upaya memaksimalkan anggota kedua induk koperasi tersebut sudah matang, tapi Kemenkop masih harus berjuang untuk melakukan fasilitasi unit-unit koperasi tersebut untuk mendapatkan kredit usaha rakyat (KUR).

KUR, kata Prijadi, tidak diperuntukkan bagi koperasi, tapi kepada individu pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Sedangkan kerja sama dengan importir alternatif, koperasi-koperasi memerlukan modal.

"Salah satu poin yang harus dipenuhi sehingga importir alternatif tersebut bersedia memasok kedelai ke Indonesia adalah jaminan atas distribusi dan jangka pembayaran komoditas," papar Prijadi.

Untuk memperlancar arus masuk kedelai impor sekaligus memenuhi kebutuhan perajin tahu tempe, Kemenkop melakukan upaya agar anggota dari dua induk koperasi bisa mendapat program kredit usaha rakyat (KUR).

Prijadi akan melakukan presentasi di hadapan enam bank penyalur KUR bahwa koperasi juga layak mengakses dana itu. "Kami akan tawarkan agar koperasi juga mempunyai kewajiban menanggung risiko kemacetan."

Dengan asumsi pinjaman maksimal Rp500 juta, keterlibatan koperasi bisa menjawab kebutuhan bahan baku tahu dan tempe. Dari 120.000 ton per bulan kedelai kebutuhan nasional, sebanyak 80.000 ton di antaranya untuk keperluan perajin tahu dan tempe.

Belum jelas

Terkait dengan penawaran kerja sama importir dengan anggota koperasi yang difasilitasi Kemenkop, Ketua Inkopti Achmad Sulchan menilai penawaran itu belum jelas, karena masih sebatas wacana.

"Kami tetap berupaya mencari jalan terbaik untuk ditribusi kedelai di Indonesia. Karena itu kami terus berembug dengan berbagai pihak, termasuk dengan pejabat Kemenkop dan UKM," paparnya.

Tentang tawaran dari Kemenkop agar anggota Inkopti memanfaatkan fasilitas KUR supaya peranan importir baru bisa maksimal mendatangkan kedelai, Sulchan kembali menekankan bahwa itu juga masih sebatas wacana.

Sulchan mengatakan koperasi sekunder yang dipimpinnya selama ini juga berperan sebagai distributor karena menyalurkan kedelai kepada perajin tahu tempe.

Jaminan bahwa suplai kedelai akan lancar jika menjalin kerja sama dengan importir baru, Sulchan mengatakan itupun belum jelas. "Masih wacana," ujarnya. (ginting.munthe@bisnsis.co.id)

Oleh Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesia

© Copyright 2001 Bisnis Indonesia. All rights reserved. Reproduction in whole or in part without permission is prohibited.






No comments: