27 January 2008

Kompas 23-Jan-08: Peternak Ayam Petelur Sumsel Nyaris Bangkrut

Peternak Ayam Petelur Sumsel Nyaris Bangkrut
KOMPAS/HENDRA SETYAWAN
Jayus, pekerja pada peternakan ayam potong milik Kholik di Desa Ngingit Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang Jawa Timur, memeriksa ayam-ayam yang akan dijual ke pasar.
RABU, 23 JANUARI 2008 | 15:50 WIB

PALEMBANG, RABU- Sebanyak 100 peternak ayam petelur yang tergabung dalam Asosiasi Masyarakat Peternak Sumsel terancam bangkrut karena kenaikan harga pakan. Harga pakan berupa konsentrat maupun jagung dan dedak naik 70 persen sejak awal tahun.

Ketua Asosiasi Masyarakat Peternak Sumsel Ismaidi, Rabu (23/1), mengatakan, harga pakan konsentrat meningkat dari Rp 155.000 per zak menjadi Rp 235.000 per zak. Harga jagung meningkat dari Rp 2.200 menjadi Rp 2.850 per kilogram. Harga dedak juga naik dari Rp 450 menjadi Rp 950 per kilogram.

"Dalam satu bulan ke depan harga pakan konsentrat akan naik lagi Rp 5.000 per zak. Sekarang para peternak tinggal menunggu hari untuk gulung tikar," kata Ismaidi.

Menurut Ismaidi, para peternak menanggung kerugian Rp 300 per kilogram telur karena harga jual di tingkat peternak Rp 9.300 per kilogram. Padahal supaya impas seharusnya dijual Rp 9.600 per kilogram. (WAD)

http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.01.23.15503670&channel=1&mn=2&idx=3

Kompas 22-Jan-08: Empat Menteri Dipanggil DPR Bicarakan Krisis Kedelai

Empat Menteri Dipanggil DPR Bicarakan Krisis Kedelai
Banjarmasin Post/Donny Sophandi
Hakim memasukan kedelai ke dalam mesin penggiling di rumah industri tahu milik H Nurhamid di Jalan Manggis, Kecamatan landasan Ulin, Banjarbaru, Kalsel. Dia masih menggunakan bahan baku kedelai dari Amerika, yang kini harganya berangsur naik hingga mencapai Rp 8.000 per kilogram.
SELASA, 22 JANUARI 2008 | 15:58 WIB
Laporan Wartawan Kompas Stefanus Osa

 

JAKARTA, SELASA -- Krisis ketahanan pangan, khususnya komoditas kacang kedelai, empat menteri dipanggil untuk mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Selasa (22/1) pukul 14.30.

Keempat menteri tersebut adalah Menteri Pertanian Anton Apriyantono, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Perindustrian Fahmi Idris, dan Menteri Negera Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Suryadharma Ali. Selain itu, hadir pula Bayu Krisnamurti dari Kantor Menko Perekonomian dan Kepala Bulog Mustafa Abubakar.

Dalam penjelasan awal, Menperind Fahmi Idris dipilih untuk mewakili para menteri untuk menjelaskan langkah-langkah kebijakan pemerintah. Pemilihan Menperind ini didasarkan bukan pada keahlian produksi maupun sistem perdagangannya. "Saya mewakili penjelasan awalnya ini hanya sebagai pengantar diskusi ini. Saya memberikan pengantar hanya atas dasar sebagai yang paling senior. Artinya, cuma (usia) menterinya saja yang lebih senior," kata Fahmi.

Raker pertama di tahun 2008 yang meyatukan empat menteri terkait pengadaan kedelai yang bikin industri kecil kelimpungan ini banyak mengundang perhatian. Sejumlah wartawan dari berbagai media memenuhi ruang sidang, bahkan ada juga pelaku industri tahu dan tempe di balkon wartawan.   


Stefanus Osa Triyatna
http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.01.22.15584896&channel=1&mn=15&idx=16

Kompas 22-Jan-08: Anton Apriantono: Ubah Pola Pikir Kita Soal Pangan

Anton Apriantono: Ubah Pola Pikir Kita Soal Pangan
SELASA, 22 JANUARI 2008 | 20:16 WIB

JAKARTA, SELASA - Menteri Pertanian Anton Apriantono mengatakan perlu adanya perbaikan pola pikir (mindset) masyarakat Indonesia, tentang pangan yang dikonsumsi. Menurut dia, selama ini orang selalu menganggap bahwa yang namanya makan itu harus nasi. Hal itu dilontarkan Anton, saat ditanya tanggapannya tentang pernyataan Anggota Komisi VI DPR Hasto Kristianto yang mengatakan Indonesia tengah menghadapi krisis pangan.

"Apa definisi krisis pangan itu? Kalau dikatakan tersedia, semuanya tersedia. Kalau tidak mampu beli kedelai kan bisa beli telur. Kalau kecukupan protein, kita punya opsi-opsi. Ingat lho, pangan itu tidak hanya kedelai. Pangan tidak hanya beras, kita punya tiwul, kita punya gaplek, kita punya jagung," kata Anton disela-sela Raker dengan Komisi VI DPR, Selasa (22/1).

Kesalahannya, kata Anton terletak pada pola pikir masyarakat yang mengagung-agungkan, beras ataupun jenis pangan lain yang biasa dikonsumsi. "Maka itu, sepanjang gizi terpenuhi itulah pangan. Gizi itu, harus ada karbohidrat, protein, dan lemak. Jadi, konsepsi mindset di masyarakat yang harus diperbaiki. Kita harus edukasi bahwa pangan tidak hanya kedelai, kita punya alternatif," tambah Anton.

Untuk peringkat impor kedelai sendiri, Indonesia berada pada urutan ke-11 diantara negara-negara di dunia.

"Ingat lho, kita ini masih lumayan. Banyak negara lain yang lebih parah. Kedelai, kita peringkat 11. Daging ayam peringkat 155, bahkan untuk daging ayam dan telur kita sudah swasembada," tegas pria berkacamata ini.


http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.01.22.20165877&channel=1&mn=15&idx=16

Kompas 13-Jan-08: Harga Naik, Penanaman Kedelai Diperluas (Tanjung Jabung, Jambi)

Harga Naik, Penanaman Kedelai Diperluas
MINGGU, 13 JANUARI 2008 | 15:27 WIB

JAMBI, KOMPAS - Seiring melonjaknya harga kedelai di pasaran, Dinas Pertanian Kabupaten Tanjung Jabung Timur akan memperluas program penanaman kedelai dari 2.000 hektar menjadi 3.000 hektar. Upaya ini sekaligus membantu petani yang menjadi korban banjir baru-baru ini.
 
“Potensinya besar untuk dikembangkan petani di wilayah kami,” tutur Tri Yoga, Kepala Dinas Pertanian Tanjung Jabung Timur, Minggu (13/1).
 
Di wilayah tersebut, petani menyambut antusias panen kedelai karena harga jualnya yang sangat menguntungkan. Untuk saat ini, harga jual kedelai di tingkat petani mencapai Rp 7.000 per kilogram. Harga ini naik dibanding sebelumnya Rp 3.600 pada awal tahun. Di panen tahun 2007 lalu, harga kedelai hanya Rp 2.900. 
 
Tri Yoga melanjutkan, karena petani antusias melihat naiknya harga kedelai, banyak yang kemudian mengajukan bantuan untuk pembukaan areal penanaman kedelai. Atas perkembangan tersebut, rencana semula mengembangkan penanaman kedelai sekitar 2.000 hektar akan diperluas lagi. “Setelah musim tanam padi nanti, petani akan melanjutkan penanaman kedelai,” tuturnya.


http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.01.13.15271537&channel=1&mn=2&idx=1

Kompas 27-Jan-08: Penemuan - Kedelai Hitam Lebih Unggul

Penemuan
Kedelai Hitam Lebih Unggul
Kompas/Lasti KurniaKompas/Lasti Kurnia
Uji coba kedelai di laboratorium untuk membedakan antara kedelai transgenik dan non-transgenik.
KAMIS, 17 JANUARI 2008 | 15:47 WIB

MALANG, RABU - Sejumlah peneliti dari Badan Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) Malang, Jawa Timur, menemukan tiga varietas unggul kedelai hitam. Tiga varietas kedelai hitam itu memiliki kelebihan dibandingkan dengan kedelai impor atau kedelai lokal yang selama ini ditanam masyarakat.

Tiga varietas unggul kedelai hitam itu adalah 9837/K-D-8-175 (rencananya diberi nama Khibar atau kedelai hitam berukuran biji besar), 9837/W-D-5-211 (rencananya diberi nama Khipro atau kedelai hitam berprotein tinggi), dan W/9837-D-6-220 (rencananya diberi nama Khilau atau kedelai hitam berkotiledon hijau). Ketiganya diteliti sejak 1998.

Keunggulan ketiganya adalah bisa menghasilkan produksi kedelai lebih banyak sekitar 18 persen dibandingkan dengan kedelai lain seperti Cikuray, Burangrang, dan Wilis.

"Bahkan, kedelai hitam ini juga lebih unggul dibandingkan dengan kedelai Mallika yang dilepas Februari 2007. Sebab, kedelai Mallika memiliki daya hasil sebanyak 2,34 ton per hektar, sedangkan kedelai hitam memiliki daya hasil 2,51 ton per hektar," tutur seorang pemulia tanaman Balitkabi yang menemukan tiga varietas baru kedelai hitam tersebut, Ir Moch Muchlish Adie MS, Rabu (16/1) di Malang. Pemulia tanaman lainnya yang turut melahirkan tiga varietas kedelai hitam tersebut adalah Gatot Wahyu AS, Suyamto, dan Arifin.

Menurut Muchlish, keunggulan tiga kedelai itu adalah ketiganya merupakan jenis kedelai besar (14 gram/100 biji kedelai) seperti yang dipakai dalam industri tahu dan tempe sekarang ini di Indonesia. Selama ini yang banyak ditanam petani di Indonesia adalah jenis kedelai sedang (10 gram/100 biji kedelai). "Kedelai ini sangat cocok dengan kebutuhan industri, baik tahu-tempe atau kecap," ungkap Muchlish.

Keunggulan lainnya, ketiganya memiliki protein tinggi, yaitu mencapai 45,58 persen. Sementara kedelai impor dan kedelai yang banyak dibudidayakan di Indonesia saat ini memiliki kadar protein 6-37 persen. "Semoga kedelai ini bisa dilepas tahun ini dan segera bisa disosialisasikan serta dikembangkan. Harapannya, bisa sedikit mengikis ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor," ujar Muchlish. (DIA)

http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.01.17.1547011&channel=1&mn=53&idx=98

Kompas 27-Jan-08: Kandungan Gizi Kedelai

Kandungan Gizi Kedelai
MINGGU, 27 JANUARI 2008 | 10:40 WIB

Meski berbahan dasar sama, produk olahan dari kedelai memiliki kandungan gizi berbeda-beda. Dosen pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Sugiyono, mengatakan, untuk menentukan nilai gizi suatu makanan sebaiknya diukur dengan kadar kandungan tertentu, misalnya kadar protein, kadar lemak, kadar vitamin tertentu, kadar serat, dan lain-lain.

Nilai gizi suatu makanan sebaiknya juga dikaitkan dengan tujuan mengonsumsi makanan itu. Bagi orang yang sedang diet, makanan yang rendah kadar lemak dianggap lebih baik dibandingkan dengan makanan yang tinggi kadar lemaknya. Sebaliknya, bagi yang kekurangan energi lebih baik mengonsumsi makanan yang tinggi kadar lemaknya.

Produk-produk yang dibuat dari kedelai, menurut Sugiyono, umumnya memiliki kadar protein relatif tinggi. Tahu pada dasarnya terdiri dari protein dan air sehingga tinggi kadar proteinnya. Sementara, tempe tidak hanya mengandung protein tinggi, tetapi juga mengandung lemak, vitamin, mineral, dan memiliki daya cerna yang baik.

Kecap dan susu kedelai mengandung protein dan lemak yang tidak terlalu tinggi (kadar protein dan kadar lemak kurang dari 5 persen). Tauco mengandung protein dan lemak dari kedelai. Kembang tahu mengandung protein dan lemak yang relatif tinggi.

Secara keseluruhan, menurut Sugiyono, di antara produk-produk di atas, tempe memiliki kadar protein, kadar lemak, kadar mineral, kadar vitamin, kadar serat, dan daya cerna yang tinggi. Kadar zat antigizi pada tempe juga rendah. Semakin rendah zat anti gizi, maka semakin bagus kandungan gizi pada suatu makanan.

Penyimpanan

Produk kedelai memiliki daya tahan berbeda demikian pula cara penyimpanannya. Tahu sebaiknya disimpan di lemari es dan dapat tahan selama beberapa hari. Pada suhu ruang, tahu hanya dapat tahan setengah hari atau satu hari.

”Jika tahu dapat tahan lebih dari satu hari pada suhu ruang, besar kemungkinan tahu tersebut sudah diberi pengawet,” ungkap Sugiyono. Susu kedelai juga tidak tahan lama. Untuk itu sebaiknya susu kedelai segera disimpan di dalam lemari es setelah dibeli atau dibuat, kecuali produk susu kedelai yang sudah disterilkan dalam kemasan.

Adapun tempe, oncom, dan tempe gembus dapat tahan selama satu atau dua hari pada suhu ruang. Tempe sebaiknya disimpan dalam lemari es sehingga dapat tahan selama beberapa hari.

Kecap dan tauco dapat tahan lama pada suhu ruang. Jika tauco sudah dibuka kemasannya sebaiknya disimpan dalam lemari es. Kembang tahu, makanan bayi, makanan ringan, dan daging tiruan juga dapat disimpan pada suhu ruang karena kering dan awet. Demikian juga dengan minyak kedelai. (IND)


http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.01.27.10400696&channel=1&mn=20&idx=98

Kompas 27-Jan-08: Kedelai, dari Tempe sampai Susu

Kedelai, Dari Tempe Sampai Susu
MINGGU, 27 JANUARI 2008 | 11:40 WIB
Sebelum tahun 1990-an, kedelai rebus dikenal sebagai kudapan pagi atau sore hari yang biasa dihidangkan di rumah-rumah. Seiring dengan perubahan waktu, kudapan yang memiliki kadar protein tinggi itu mulai hilang dari meja makan.

Sebagai bahan makanan, banyak orang tidak terlalu paham kualitas kacang kedelai. Dulu kalau ada orang makan kedelai rebus dianggap ndeso atau katro. Kedelai sering dicap sebagai makanan murahan.

Padahal, di antara jenis kacang-kacangan yang lain, kedelai merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat paling baik. Kedelai juga mampu membantu menjaga kesehatan ginjal, jantung, diabetes, rematik, anemia, hipertensi, diare, dan hepatitis.

Menurut dosen pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Sugiyono, kedelai mengandung protein 40 persen, minyak (20 persen), karbohidrat (35 persen), dan abu atau mineral (4,9 persen). Protein kedelai banyak mengandung asam amino lisin, tetapi sedikit mengandung asam amino metionin dan sistin. Asam-asam amino tersebut adalah asam amino esensial yang diperlukan tubuh.

Meskipun kedelai kekurangan asam amino metionin dan sistin, menurut Sugiyono, mengonsumsi makanan berbahan baku kedelai sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan protein. Kekurangan asam-asam esensial metionin dan sistin cukup dapat dipenuhi melalui nasi yang kita makan sehari-hari.

”Kandungan gizi dalam makanan tidak ada yang sempurna. Itulah kenapa kita diharuskan makan makanan yang beragam dan seimbang, yaitu agar bisa saling melengkapi,” kata Sugiyono. (Lusiana Indriasari)

Sederhana

Meski bentuknya kecil, kedelai bisa diolah menjadi berbagai macam produk makanan. Makanan tradisional seperti yang kita kenal sekarang, yaitu tahu, tempe, kecap, tauco, susu kedelai, kembang tahu, oncom, tempe gembus, dan lain-lain terbuat dari kedelai.

Cara mengolah kedelai cukup sederhana. Tahu dibuat dari kedelai yang direndam kemudian digiling dengan penambahan air. Setelah itu, gilingan kedelai dipanaskan lalu disaring untuk mengambil sarinya, yang biasa disebut sari kedelai atau susu kedelai.

Sari kedelai ini lalu digumpalkan dengan bahan penggumpal tahu, yaitu kalsium sulfat atau asam cuka sehingga proteinnya menggumpal. Gumpalan protein ini lalu dicetak menjadi tahu.

Kedelai juga bisa difermentasikan menjadi tempe, kecap, atau tauco. Untuk membuat tempe, kacang kedelai dikupas kulitnya lalu direbus sampai agak lunak. Kedelai kemudian ditiriskan sambil didinginkan. Setelah diberi ragi, kedelai dibungkus dengan daun atau plastik yang diberi lubang-lubang kecil. Proses ini membutuhkan waktu 2-3 hari agar seluruh kedelai bisa menjadi tempe.

Adapun pembuatan tauco dan kecap hampir sama. Setelah dikupas dan direndam, kedelai diberi ragi kecap atau ragi jamur dan dibiarkan selama 2-3 hari. Setelah kedelai ditumbuhi jamur kemudian dijemur lalu direndam dengan air garam selama satu bulan atau lebih. Agar menjadi kecap atau tauco, kedelai lalu diperas, diambil sarinya, dan ditambah dengan bumbu-bumbu sehingga menjadi kecap dan tauco.

Sugiyono menambahkan, kedelai kini tidak hanya diproses menjadi makanan tradisional, seperti tahu, tempe, oncom, tauco, atau kecap. Melalui proses berbeda-beda, kedelai bisa diolah menjadi salah satu bahan baku makanan bayi, susu kedelai, minyak, lesitin, bahkan daging tiruan. Daging tiruan ini banyak digunakan restoran yang menyediakan menu untuk vegetarian.

Susu kedelai

Selain tempe dan tahu, produk yang tidak kalah populer sekarang ini adalah susu kedelai. Susu kedelai sering dianggap bisa membantu menjaga kesehatan tubuh.

Sekarang susu kedelai mudah ditemukan di berbagai toko swalayan, dikemas dalam plastik, botol, hingga karton. Susu kedelai juga banyak dijual keliling di kompleks perumahan.

Komposisi susu kedelai hampir sama dengan susu sapi. Oleh karena itu, susu kedelai dapat digunakan sebagai pengganti susu sapi, terutama bagi mereka yang alergi terhadap laktosa pada susu sapi. Anak balita hanya membutuhkan dua gelas susu kedelai untuk memenuhi 30 persen kebutuhan protein sehari.

Meski begitu, susu kedelai tidak mengandung vitamin B12 dan kandungan mineralnya, terutama kalsium, lebih sedikit daripada susu sapi. Oleh karena itu, biasanya susu kedelai yang diproduksi pabrik selalu ditambah dengan mineral dan vitamin.

Kemajuan di bidang teknologi juga membuat kedelai menjadi bahan yang digunakan dalam dunia kedokteran. Lesitin dalam minyak kedelai, misalnya, dibuat menjadi infus untuk terapi penyakit jantung koroner.

Salah satu kendala mengapa produk olahan kedelai tidak banyak disukai orang adalah baunya yang langu. Sugiyono mengatakan, bau langu pada kedelai berasal dari reaksi hidrolisis asam lemak tidak jenuh oleh enzim lipoksigenase. Reaksi ini menghasilkan senyawa yang mudah menguap.

”Bau langu dapat dikurangi dengan cara pemanasan yang dapat mengaktifkan enzim. Bau langu juga bisa dikurangi dengan menambahkan sedikit kapur sirih,” kata Sugiyono.

http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.01.27.11401264&channel=1&mn=20&idx=98

Kompas 26-Jan-08: Petani Tak Dapat Penuhi Pasar (Sumatera Utara)

Petani Tak Dapat Penuhi Pasar
Sabtu, 26 januari 2008 | 13:04 WIB

Medan, Kompas - Petani tidak bisa memenuhi permintaan kebutuhan jagung di Sumatera Utara. Padahal, untuk pakan ternak saja, dibutuhkan 1.000-1.500 ton jagung per hari. Akibatnya, sebagian besar jagung dipenuhi dari impor. Sementara sarana pascapanen, yang juga persolaan lama, dituding sebagai pemicu kondisi ini.

”Permintaan selalu tinggi. Karena itu, kami ingin memperluas lahan dari 40 hektar menjadi 100 hektar. Permintaan dari industri belum dapat kami penuhi,” kata pengusaha jagung asal Medan, Mak Pak Kim, Jumat (25/1), dalam diskusi bersama Dewan Jagung Nasional di Medan.

Kim optimistis harga jagung akan membaik, asalkan sarana pascapanen memadai. Saat ini harga jagung kering Rp 2.450 per kilogram (kg), sedangkan jagung basah Rp 1.800-Rp 2.000 per kg.

Persoalan hama pengganggu tanaman jagung, menurut Kim, sudah diatasi sehingga tingkat produksi bisa mencapai 14 ton per hektar. Selain sarana pascapanen, petani juga menghadapi persoalan pengembangan usaha pertanian jagung. ”Para petani kesulitan meminjam modal dari bank untuk memperluas tanaman jagung,” ujarnya.

Wakil Kepala Dinas Pertanian Sumut Rustam Djamaan membenarkan adanya kekurangan stok jagung. Persoalan sarana pascapanen juga diakuinya sebagai kendala serius. Kurangnya sarana pascapanen yang memadai itu membuat petani tidak bisa menyimpan produk mereka lebih lama. Akibatnya, harga jagung kerap labil saat masa panen lewat.

Anggota Dewan Jagung Nasional, Fadel Muhammad, menuturkan, secara nasional kebutuhan jagung Indonesia sebanyak 16 ton-17 juta ton per tahun. Kebutuhan itu kebanyakan masih dipenuhi jagung impor.

”Pengembangan jagung butuh intervensi pemerintah. Jika tidak, petani tidak akan bergairah menanam jagung, apalagi jika harganya tidak stabil. (ndy)

http://www.kompas.com/kompascetak/read.php?cnt=.kompascetak.xml.2008.01.26.13042049&channel=2&mn=9&idx=9

Bisnis 15-Jan-08: Agung: Pemerintah ambil langkah atasi kelangkaan kedelai

Selasa, 15/01/2008 14:50 WIB

Agung: Pemerintah ambil langkah atasi kelangkaan kedelai

oleh : Djony Edward

BANDAR LAMPUNG (Antara): Ketua DPR Agung Laksono meminta pemerintah segera mengambil langkah untuk mengantisipasi kelangkaan kacang kedelai dengan cara membebaskan bea masuk impor. 


"Upaya tersebut untuk menyediakan kedelai dan menormalkan harganya," kata dia, di Bandarlampung, Selasa. 

Selanjutnya, katanya, pemerintah yakni Departemen Pertanian, harus membuat program penyediaan kedelai melalui perluasan lahan pertanian atau ekstensifikasi maupun intensifikasinya. 

"Kalau selama ini produksi dalam negeri hanya 35 persen dan impor 65 persen, upayakan dibalik yakni impor hanya 35 persen," katanya. 

Kebijakan terus mempertahankan impor kedelai, menurut dia, hanya menguntungkan importir saja, bahkan memungkinkan untuk terjadinya manipulasi saat persediaan cukup tinggi. 

Agung menyarankan agar masalah kedelai kembali diurus oleh Bulog, sehingga ada yang bertanggung jawab ketika terjadi kelangkaan. 

"Masalah yang menyangkut rakyat tidak hanya beras. Karena banyak masyarakat yang menggantungkan dari kedelai dan rakyat harus ditolong," kata dia. 

Pemerintah harus menolong rakyat, karena rakyat tidak bisa berdiri sendiri. 

Sementara dengan kelangkaan kedelai, harga tempe dan tahu di Bandarlampung mengalami peningkatan 100 persen. 

Tempe ukuran sedang yang biasanya dijual Rp1.000 per potong, saat ini dijual Rp2.000.

http://web.bisnis.com/sektor-riil/agribisnis/1id38980.html

Bisnis 16-Jan-08: Indonesia bisa hentikan ketergantungan impor kedelai (Jambi)

Rabu, 16/01/2008 10:20 WIB

Indonesia bisa hentikan ketergantungan impor kedelai

oleh : Djony Edward

JAMBI (Antara): Ketergantungan Indonesia, khususnya Provinsi Jambi, terhadap kedelai impor dapat dihilangkan bila potensi lahan yang masih cukup luas terdapat di berbagai daerah digarap secara serius oleh petani dengan bantuan pemerintah. 

Pakar Ilmu Tanah dan Sumber Daya Alam dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr Ir Suwardi M Agr di Jambi, Rabu, menanggapi ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor, mengatakan terdapat ratusan ribu hektar lahan rawa gambut di kawasan pantai timur Jambi yang berpotensi untuk pengembangan kedelai. 

Hasil ujicoba yang sudah dikembangkan, produksi kedelai di daerah itu mampu menghasilkan 1,3 ton/hektar dalam satu musim panen, dan bisa ditingkatkan menjadi 1,5 ton/hektar 

Selain kuantitas, kualitas kedelai di kawasan pantai timur juga bisa menyaingi dan lebih baik kedelai impor dari Amerika yang kini menguasai pasar di Indonesia. 

Pemerintah Provinsi Jambi menargetkan memanfaatkan 14.000 hektar lahan rawa gambut di pantai timur untuk areal tanaman kedelai, namun hingga kini rencana itu belum terealisasi. 

Diyakini bila pengembangan 14.000 hektar lahan itu bisa diwujudkan, kedelai yang diproduksi tidak saja mampu memenuhi kebutuhan lokal, bahkan pasar luar daerah dan ekspor. 

Hal itu bisa diwujudkan bila pemerintah atau instansi terkait serius membina petani dalam penangkaran benih dan pencarian varietas unggul yang cocok dengan kondisi tanah setempat, ujar Suwardi. 

Pemerintah juga harus menyiapkan dana cadangan bila terjadi "over" produksi untuk membeli kedelai petani, supaya mereka tidak menderita kerugian serta tetap semangat menanam tanaman tersebut.

http://web.bisnis.com/sektor-riil/agribisnis/1id39137.html