17 April 2008

Bisnis 16-Apr-08: Jatim Minta HPP Kedelai Rp 6000/kg


Agribisnis
Rabu, 16/04/2008
BUDI DAYA
Jatim minta HPP kedelai Rp6.000/kg
SURABAYA: Dinas Pertanian Jatim mengusulkan kembali kepada pemerintah agar menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk kedelai di tingkat petani Rp6.000/kg guna meningkatkan volume panen komoditas tersebut.

Harga kedelai lokal di Jatim saat ini hanya berkisar Rp3.000-Rp4.000 per kg, di mana tingkat harga sebesar itu mengakibatkan petani rugi. Hal itu berdampak menurunnya areal pembudidayaan kedelai di provinsi tersebut menjadi hanya 199.493 hektare dengan volume panen rata-rata 1,3 ton per hektare pada 2007.

Subsidi harga kedelai nasional Rp500 miliar tidak menyentuh petani dan tidak berdampak terhadap perluasan areal kedelai.

Kepala Subdin Penyusunan Program Dinas Pertanian Jatim, Kusdirianto, mengakui petani di provinsi itu sejak beberapa tahun terakhir kurang bergairah membudidayakan kedelai. (Bisnis/k22)

© Copyright 2001 Bisnis Indonesia. All rights reserved. Reproduction in whole or in part without permission is prohibited.

05 March 2008

Bisnis 3-Mar-08: Swasembada kedelai diragukan

Senin, 03/03/2008

BUDI DAYA
Swasembada kedelai diragukan

PACITAN: Deptan pesimistis mampu swasembada kedelai nasional pada 2011, menyusul semakin berkurangnya lahan untuk tanaman kedelai dan minat petani untuk menanam komoditas tersebut.

Dirjen Tanaman Pangan� Deptan, Sutarto Alimoeso mengatakan luas lahan tanaman kedelai di negeri ini semakin berkurang, yakni mencapai 1,6 juta hektare (ha) pada 1995 dan kini luas lahan menjadi 600.000 hektare.

Menurutnya, untuk mengembalikan luas lahan kedelai yang beralih fungsi membutuhkan waktu hingga lima tahun, padahal produksi kedelai saat ini hanya mencapai 1,3 ton per ha.

"Kebutuhan kedelai kita saat ini mencapai 1,8 juta ton hingga dua juta ton per tahun, sementara hasil produksi komoditas tersebut baru mencapai 1,3 ton per hektare. Untuk mengembalikan luas lahan kedelai, butuh waktu hingga lima tahun,"� katanya dalam penanaman perdana kedelai hitam di Pacitan, Jatim.

Dia menambahkan persoalan turunnya produksi kedelai saat ini adalah rendahnya harga kedelai di tingkat petani.

"Mereka sudah biasa dengan harga yang murah jadi tidak menanam kedelai lagi karena minimnya keuntungan, bahkan ketika harga kedelai melambung, petani tidak bisa menikmatinya," ujarnya. (Bisnis/k42)

bisnis.com

Kompas 27-Feb-08: Ampas Tahu Jadi Biogas

Ampas Tahu Jadi Biogas
KOMPAS/HERU SRI KUMORO / Kompas Images
Nyonya Budi (35) memasak menggunakan kompor biogas di Dukuh Kanoman, Desa Gagaksipat, Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (26/2). Energi biogas dialirkan dari bak yang berisi limbah cair sisa pembuatan tahu.

Rabu, 27 Februari 2008 | 03:47 WIB

Sumidi (45) sibuk memaku sabuk dari ban di tengah suasana bising dan hawa panas pabrik tahu di Dusun Kanoman, Desa Gagaksipat, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Senin (25/2) siang. Sabuk itu adalah salah satu bagian dari alat produksi tahu yang rusak.

Sejurus kemudian sang istri, Wastini (40), melintas. Siang itu ia sudah selesai masak. Ia tidak lagi cemas soal harga minyak tanah yang mahal dan sulit dicari. Wastini sekarang memasak menggunakan gas. Bukan gas hasil pembagian program konversi minyak tanah ke gas, melainkan dihasilkan dari proses pengolahan limbah pembuatan tahu dari pabrik tahu milik suami. Sudah tentu, gratis.

”Biasanya, sehari habis dua liter minyak tanah. Sekarang bisa masak sepuasnya, kapan saja, dengan gas gratis. Uang beli minyak untuk menambah uang jajan anak sekolah,” ungkapnya.

Bukan hanya Wastini yang menikmati gas gratis. Dua rumah tangga lainnya juga menikmati biogas limbah tahu dari pabrik tahu Sumidi. ”Sebenarnya bisa untuk lima rumah. Kalau ada tetangga yang mau pakai gas, kami persilakan. Namun, harus menyediakan sendiri kompor dan pipa penyalur gas,” tutur Sumidi.

Sumidi boleh bersenang hati karena terpilih sebagai penerima bantuan pembuatan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) biogas dari Pemerintah Kabupaten Boyolali. Dengan biaya sekitar Rp 40 juta, di belakang rumahnya dibangun semacam sumur sedalam lima meter dan bangunan bertutup bulat seperti tempurung kelapa yang hampir rata tanah dan berkedalaman dua meter. Instalasi ini untuk mengolah air limbah secara sederhana. Di samping sumur, terdapat pipa penyalur gas yang dihasilkan dari limbah tahu.

”Saya hanya menyediakan tanah 10 x 10 meter persegi untuk tempat instalasi. Sebenarnya ini bisa buat dua pabrik, tetapi karena jarak pabrik berjauhan, sulit dilakukan,” ujar Sumidi.

Perajin tahu lainnya, Budi Amiarso, juga gembira menerima bantuan IPAL biogas lima bulan lalu. Ada lima rumah yang memanfaatkan biogas limbah tahunya untuk memasak dan menyalakan petromaks.

”Biasanya lima liter minyak habis untuk tiga hari. Sekarang 15 hari belum tentu habis,” kata Haryono, kakak Budi yang juga memanfaatkan biogas.

Ia juga memanfaatkan biogas untuk menyalakan petromaks. Namun, petromaks biogas hanya digunakan bila listrik padam.

Selain menghasilkan biogas, limbah akhir yang dihasilkan lewat IPAL biogas tidak berbau dan lebih cair. Perajin tahu biasanya membuang limbah pembuatan tahu tanpa diolah ke sungai ataupun ke selokan yang berakhir di persawahan.

Sebenarnya keluhan warga sekitar bukan tidak muncul terhadap limbah tahu yang dibuang begitu saja. Namun, karena sebagian besar warga mendirikan usaha pembuatan tahu, kondisi itu seperti dimaklumi.

Sayangnya, teknologi IPAL biogas ini makan biaya besar sehingga sulit dijangkau perajin yang kebanyakan berskala usaha rumah tangga. Padahal, mereka berminat menerapkan model IPAL biogas yang lebih ramah lingkungan dan bermanfaat. (Sri Rejeki)

Agro Observer Jun-07: Kecap Zebra Bertahan 61 Tahun


KECAP ZEBRA BERTAHAN 61 TAHUN

Di tengah gerusan persaingan keras dari kecap merk lain yang dimiliki perusahaan besar, kecap Zebra mampu bertahan selama 61 tahun. Ini merupakan hasil kombinasi antara kepiawaian mengelola bisnis dan keteguhan hati untuk memiliki sendiri sebuah usaha tanpa tergiur rayuan permodalan besar.

Oleh: Irwan Yudha Putra

Sebagian besar masyarakat Bogor dipastikan mengenal kecap ini. Pasalnya memang kecap merek Zebra sudah lama diproduksi dan sudah akrab di lidah orang Bogor, terutama buat masyarakat golongan menengah kebawah.

Pabrik kecap Zebra berdiri tahun 1945 dan didirikan oleh Soedjono yang berasal dari Juana – Pati Jawa Tengah. Ia mendirikan usaha ini berbekal keahlian dalam membuat kecap yang diperoleh secara turun temurun tradisi dari orang tuanya. Pada waktu itu Soedjono hanya memiliki kurang lebih 10 orang karyawan dengan tempat usahanya berupa sebuah rumah yang berlokasi di desa Gunung Batu Bogor.

Produk awal yang diluncurkan bermerk Badak. Namun umur kecap Badak tersebut hanya bertahan 5 tahun. belum adanya paten merek Badak dan adanya persaingan tidak sehat menyebabkan usaha ini pada awal-awalnya sempat mengalami kerugian, bahkan merek Badak pernah dipalsu kan. Tahun 1960 kecap Cap Badak diganti merknya dengan Cap Zebra dan dipatenkan langsung pada waktu itu. Sejak saat itu hingga sekarang merek yang dipakai adalah Zebra.

Proses produksi kecap Zebra baik fermentasi, pengolahan maupun pengemasan masih tradisional, bahan baku utama yang digunakan yaitu kedelai difermentasikan selama 1 bulan untuk selanjutnya diolah menjadi kecap. Bahan lain yang paling banyak diperlukan adalah gula kelapa. Dari 3 ton kedelai dan 2 ton gula merah dapat dihasilkan 200 hingga 300 lusin kecap dalam botol 620cc.


Harga yang ditetapkan cukup bersaing dengan harga yaitu Rp.6.600 per botol. Dari segi kemasan produknya, cukup rapih, bagian tutupnya memiliki label standar untuk melindungi dan membedakan mana yang masih baru dan mana yang sudah pernah dibuka. Label mereknya sederhana, hanya sebatas warna hitam dan putih dan memiliki keterangan pengesahan dari Departemen Kesehatan. Dalam label merek juga dicantumkan komposisi dari kecap itu sendiri yaitu Kacang Kedelai, Gula Kelapa, Garam, Air, Bumbu dan pengawet yaitu Natrium Benzoat. Berat bersih kecapnya mencapai 620 ml.

Kendala Pemasaran. Untuk pemasaran sampai sekarang pengelola belum berani memperluas sampai Jakarta karena tidak memiliki permodalan yang kuat apalagi dalam hal promosi. Untuk pemasaran dari awal berdiri hingga sekarang meliputi daerah Bogor saja seperti pasar Bogor, pasar Anyar, sampai pasar Cileungsi, “ Promosi pernah kami lakukan, tappi ya itu kalah, kalah bersaing dengan kecap-kecap lain, y karena kalah modal untuk promosi itu,” tutur kata Djoko Pramono, manajer operasional pabrik kecap Zebra.

“ Promosi pernah kami lakukan, tapi ya itu, kalah bersaing dengan kecap-kecap lain, ya karena kalah modal untuk promosi itu.”

Pernah sempat dicoba untuk memperluas pemasaran tetapi kurang berhasil. Promosi yang dilakukan kalah bersaing dengan merek-merek kecap lainnya yang memberikan bonus, hadiah dan lain sebagainya. Promosi yang dilakukan selama ini masih bersifat dari mulut ke mulut antar pelanggan, penawaran langsung dari pengelola kecap Zebra kepada pemilik rumah-rumah makan, pedagang kaki lima dan industri makanan yang ada di kota Bogor. Segmen pasarnya adalah industri penyedia makanan siap saji di Bogor.

Omzet yang dihasilkan dari home industry ini tidak begitu besar namun cukup untuk menghidupi para tenaga kerjanya yang berasal dari penduduk yang bertempat tinggal disekitar pabrik. Perputaran modal yang dihasilkanpun sifatnya masih kecil. Home industri ini sering mendapat kerugaian akibat dampak dari perubahan harga bahan baku kedelai yang cukup fluktuatif. Pada saat harga bahan baku meningkat, harga produk tidak dapat dinaikkan begitu saja tetapi jumlah produksi dikurangi untuk menekan kerugian. “Pasaran bisa turun 10%” kata Djoko.

Pada waktu krisis ekonomi, imbasnya juga dirasakan oleh kecap Zebraini. Rugi tahunan pernah terjadi pada tahun 1990 an. Namun, karena keuletan para pengelolanya, kecap Zebra dapat terus bertahan hingga sekarang. Kiat dari kecap Zebra untuk bisa terus bertahan adalah menjaga mutu, harga dan pelayanan. Penerimaan masyarakatpun sudah cukup luas dan kecap Zebra pun dikenal hingga sekarang.

Ketika ditanya mengenai rencana kedepan dari para pengelolanya, dari jawaban yang diberikan dapat ditarik kesimpulan bahwa kecap Zebra ini akan diteruskan sebagai home industry. “ Yah mungkin dijadikan suatu warisan keluarga terus menerus.” Kata Djoko.

Untuk permodalan kecap Zebra meminjam dari Bank BNI. Pinjaman yang dilakukan dipergunakan untuk oprasional dan mengantisipasi pengurangan modal akibat dampak kenaikan harga bahan baku. Pemerintah daerah Bogor dari selama jalannya usaha ini pernah membantu tetapi hanya sebatas penyuluhan.

Pabrik kecap Zebra berlokasi di daerah Ciampea Bogor, dekat pondok pesantren Darussolihin. Luas pabrik serta kantornya sebesar 50 x 30 m2 yang terdiri dari bangunan kantor, bangunan tempat fermentasi, bangunan tempat pengolahan kecap seluas 10 x 5 m2 , bangunan tempat pengemasan kecap serta bangunan tempat parkir kendaraan. Sebelum memasuki pintu gerbang, pemandangan di luar lokasi pabrik cukup indah karena terhampar lahan sawah yang subur. Ciampea juga termasuk daerah pertanian di Kabupaten Bogor.

Agro Observer, Juni 2007, p56-57.

Kompas 3-Mar-08: Harga Kedelai Naik Lagi (Bandar Lampung)

Harga Kedelai Naik Lagi
Pemerintah Belum Merealisasikan Subsidi
Kompas/Helena F Nababan / Kompas Images
Bejo, perajin tempe di Gunung Sulah, Sukarame, Bandar Lampung, mencampur biji kedelai yang sudah direbus untuk segera diberi ragi di tempat usaha miliknya, Sabtu (1/3). Sudah hampir empat hari ini perajin tahu dan tempe kembali mengeluhkan kenaikan harga kedelai.

Senin, 3 Maret 2008 | 02:30 WIB

Bandar Lampung, Kompas - Perajin tahu dan tempe di Bandar Lampung kembali mengeluhkan kenaikan harga kedelai, dari sebelumnya Rp 6.600 per kilogram menjadi Rp 7.000. Perajin mendesak pemerintah untuk segera menyalurkan subsidi kedelai yang sudah direncanakan.

Pemantauan Kompas di sentra perajin tahu dan tempe di Bandar Lampung, Sabtu (1/3), menunjukkan, harga kedelai merambat naik lagi sejak Rabu pekan lalu. Para perajin tetap berupaya mempertahankan produksi, tetapi dengan jumlah kedelai yang terus berkurang.

Suyitno, perajin tempe di Gunung Sulah, Kecamatan Sukarame, mengatakan, pada Januari 2008, saat harga kedelai naik menjadi Rp 7.000 per kilogram (kg), ia sudah menurunkan jumlah kedelai yang diolah. Sebelumnya ia mampu mengolah 100 kg kedelai, lalu menjadi 80 kilogram. Dalam sepekan ini Suyitno setiap hari hanya mampu mengolah 50-60 kg kedelai.

”Pada saat harga kedelai naik saya tidak bisa menaikkan harga tempe. Konsumen tetap menginginkan harga Rp 800 dan Rp 1.200,” katanya.

Ketua I Koperasi Perajin Tahu Tempe Indonesia (Koptti) Bandar Lampung Alim S mengatakan, tingginya harga kedelai yang dihadapi perajin sebetulnya bisa dibantu melalui subsidi pembelian Rp 1.000 per kg. Namun, pemerintah belum merealisasikan subsidi tersebut.

Menurut catatan Koptti Bandar Lampung, kenaikan harga kedelai menyebabkan 75 perajin tahu dan tempe serta 75 perajin lain menjadi buruh bangunan.

Naik semua

Selain kedelai, harga hampir semua kebutuhan pokok di sejumlah daerah ikut naik. Salah satu penyebab terjadinya kenaikan harga adalah tersendatnya pasokan.

Gara-gara pasokan dari Sumatera Selatan tersendat, harga cabai merah di Pasar Angsoduo, Kota Jambi, misalnya, melonjak, dari Rp 12.000 per kg menjadi Rp 20.000. Pada pagi hari harga cabai merah bahkan sempat menjadi Rp 25.000 per kg. Harga daging sapi yang sebelumnya Rp 55.000 per kg naik menjadi Rp 60.000.

Kenaikan harga sayur juga terjadi di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Di Pasar Naikoten, misalnya, harga sawi putih naik dari Rp 10.000 per kg naik menjadi Rp 13.000, kangkung Rp 3.000 (sebelumnya Rp 2.000) per ikat, bawang merah Rp 20.000 (dari Rp 15.000), dan kacang panjang Rp 3.000 (dari Rp 2.000) per ons.

Harga minyak goreng tidak ketinggalan terus naik, seperti yang terjadi di Padang (Sumatera Barat), Medan (Sumatera Utara), Magelang (Jawa Tengah), dan Yogyakarta. (HLN/ITA/WSI/ART// WKM/EGI/A08/KOR)

Kecap Cap Zebra - Ini Zebra Jantan atau Betina


Tebak, ini zebra jantan atau betina? Cara membedakannya, tanpa melihat genital, adalah dari pola garis. Kulit zebra jantan berlatar putih dengan garis hitam, sedangkan zebra betina sebaliknya. :D

Tak jelas mengapa pabrik kecap di Bogor ini memilih zebra sebagai merek. Mungkin untuk menonjolkan keistimewaan sebagai “kecap istimewa”: berbeda dari yang lain. Tapi misalkan mobil promosinya dicat model zebra, bisa-bisa akan disangka mobil patrolinya Taman Safari Indonesia.

Cukup tampil dengan dua warna, hitam (tinta) dan putih (kertas), label kecap cap Zebra terlihat kuat. Khusus untuk label yang menjadi sabuk botol, logoya diberi efek bersinar.


http://label.blogombal.org/2007/03/01/kecap-bergaris/

1 Maret 2007

26 February 2008

Kompas 26-Feb-08: Kupon Subsidi Kedelai Tunggu Penetapan APBN-Perubahan

Ketahanan Pangan
Kupon Subsidi Kedelai Tunggu Penetapan APBN-Perubahan
Selasa, 26 Februari 2008 | 01:42 WIB

Jakarta, Kompas - Kupon atau voucher subsidi kedelai yang dijanjikan pemerintah belum bisa segera disalurkan kepada perajin tempe dan tahu. Penyaluran subsidi pembelian kedelai masih harus menunggu penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan atau APBN-P.

Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Departemen Perindustrian Fauzi Azis di Jakarta, Senin (25/2), mengatakan, dari hasil evaluasi Kantor Menteri Koordinator Perekonomian hari Minggu lalu, pemerintah mencermati kecenderungan harga komoditas di pasar dunia, seperti kedelai, minyak goreng, dan tepung terigu.

Pemerintah menilai, sejak kebijakan penurunan bea masuk dan pajak ditanggung pemerintah diterapkan, harga beberapa komoditas pangan relatif stabil. Tidak mengalami penurunan, tetapi juga tidak melonjak di luar dugaan pemerintah.

Fauzi menjelaskan, untuk komoditas kedelai, kuasa penggunaan anggaran (KPA) diserahkan ke Departemen Perindustrian. Secara teknis, pihaknya sedang mempersiapkan teknis penyaluran subsidi itu.

”Pembelian kedelai dengan sistem kupon ini diperkirakan akan berlangsung selama enam bulan. Mudah-mudahan bisa dimulai bulan Maret, setelah penetapan APBN-P dipercepat,” ujarnya.

Secara garis besar, menurut Fauzi, kupon subsidi senilai Rp 1.000 per kilogram akan diberikan langsung kepada perajin berbasis kedelai. Jumlah perajin yang mendapatkan kupon dihitung berdasarkan survei Badan Pusat Statistik.

”Jumlah perajin tahu-tempe seluruh Indonesia sekitar 115.000 orang, antara lain di Provinsi Sumatera Utara, Lampung, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Subsidi itu hanya akan diberikan kepada skala usaha mikro, yaitu perajin yang menggunakan kedelai sebanyak 100 kilogram atau kurang per hari,” jelasnya.

Secara teknis, kupon akan dibagikan melalui dinas perindustrian di setiap daerah. Sesuai koordinasi pemerintah pusat, pemerintah daerah menetapkan lokasi penjualan dan beberapa pedagang yang siap menjual kedelai dengan sistem kupon.

Artinya, jika kedelai dijual seharga Rp 6.500 per kilogram, perajin tahu-tempe hanya membayar seharga Rp 5.500 plus menyerahkan kupon potongan harga tersebut. Kemudian, kupon-kupon yang terkumpul bisa segera ditukarkan ke bank yang ditunjuk pemerintah, misalnya, Bank Rakyat Indonesia.

Tak ada alasan menunda

Menanggapi lambannya pencairan subsidi kedelai, Sekretaris Jenderal Induk Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Inkopti) Untung Suparwo menyatakan sebenarnya tidak ada lagi alasan pemerintah menunda- tunda pencairan subsidi. Penundaan pencairan hanya membuat perajin tempe-tahu kecewa.

”Sebelumnya sudah ada kesepakatan antara DPR dan pemerintah serta perajin terkait pemberian subsidi, jadi tidak ada alasan terus menunda,” katanya.

Semakin lamban pencairan dana subsidi, makin memberatkan produsen tempe-tahu. Akibat buruknya produsen bisa kembali mengecilkan volume produk, mem-PHK para pekerja, dan sampai tahap bangkrut.

Untung juga mengatakan bahwa selain perlunya subsidi harga, perajin tempe-tahu juga mendesak pemerintah menstabilkan harga kedelai. Selama ini harga kedelai sepenuhnya tergantung dari harga di pasar dunia. Ketika harga kedelai internasional berfluktuasi, perajin tempe-tahu kalang kabut karena sulit menjual produk dan membeli bahan baku lagi. (OSA/MAS)

Sumedang 25-Feb-08: Kedelai dan Tahu Sumedang

Sumedang: Kedelai dan Tahu Sumedang

Kita semua tahu bagaimana maknyusnya tahu Sumedang. Sulit membayangkan Sumedang tanpa tahunya, walaupun akhir-akhir ini kenaikan harga kedelai membuat ancaman itu menjadi sangat nyata.

Kebutuhan Sumedang akan kedelai mencapai 20 ton per-hari. Bila petani-petani Sumedang sudah bener-bener jago, lahan Sumedang yang subur diharapkan mampu memproduksi 2 ton/ha/musim tanam (3 bulan). Simpelnya, setiap hari Sumedang harus memanen dari 1000 ha lahan, dengan rotasi penuh 3 bulan tersebut (90 hari), berarti harus ada lahan kedelai 90ribu ha. Hek hek hek!!!

Kenyataannya, untuk musim tanam 2008 ini, Sumedang cuma mampu menyisihkan lahan 6000an ha di kawasan dataran rendah dan 6000an lagi di dataran tinggi, total 12ribu ha (bandingkan dengan 90rb ha utk swasembada, baru 13% kecukupan lahan kedelai). Masih jauh dari kemampuan mencukupi kebutuhannya sendiri.

Lebih cilaka lagi, kebutuhan benih kedelai (yang cepat sekali menurun viabilitasnya itu), teoretis adalah 40kg/ha. Untuk musim tanam 2008 (12ribu ha), total keperluan benih kedelai adalah 480 ton!!! Itu dapat dipenuhi dari sekitar 200-240 ha kebun benih!!! Kebutuhan benih unggul utk kebun benih ini adalah 8 ton benih!!! Di rupiahkan??? Kalikan saja dengan Rp 15rb/kg untuk benih unggul Anjasmoro!!! Rp 120juta!!!

Lupakan saja dulu soal itu. Angka-angka mimpi yang nantinya harus kita realisasikan itu didapat sambil menikmati tahu Sumedang bersama Kang Hendra (Wado Energy Farm, kiri, foto paling bawah) dan Pak Akay Sukarya (tengah) dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Pemkab Sumedang. Kami cari tempat yang tahunya bener-bener maknyus, yaitu Warung Tahu 'Cita Rasa Sumedang' di Jalan Pangeran Kornel, tepat di seberang Grya Plaza, Sumedang. Biar semua ngiler, lihat dong foto-fotonya.

Imam Soeseno, Sumedang, 25-Feb-2008

22 February 2008

Bisnis 21-Feb-08: Penembusan rekor harga kedelai terhenti

Kamis, 21/02/2008

FLUKTUASI
Penembusan rekor harga kedelai terhenti

SINGAPURA: Penembusan rekor harga kedelai terhenti kemarin, setelah dalam lima hari terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan karena dipengaruhi spekulasi China yang akan menaikkan impor komoditas itu.

Harga kedelai yang sempat menyentuh level US$14,2875 per bushel, telah meningkat hingga 83% pada akhir tahun lalu, setelah para petani AS menanam lebih sedikit komoditas itu dalam satu dekade.

"Terjadi koreksi secara teknikal, setelah sempat melonjak ke level US$14 per bushel," kata Takaki Shigemoto, analis Okachi & Co, Tokyo.

Menurut dia, jika harga mencapai level kemarin, pihaknya masih melihat potensi peningkatan harga karena dipengaruhi kuatnya permintaan China.

Harga kedelai untuk pengiriman Mei di Chicago Board of Trade kemarin turun 0,6% menjadi US$14,0975 per bushel. (Bloomberg/adn)

bisnis.com

Bisnis 22-Feb-08: Harga CPO dan kedelai makin membubung


Jumat, 22/02/2008

Harga CPO dan kedelai makin membubung

JAKARTA: Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO), kedelai, dan minyak kedelai kian membubung dan terus memperbarui rekor tertingginya di pasar kemarin.

Peningkatan harga itu terjadi seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap minyak nabati dari China, serta melonjaknya harga minyak mentah hingga menyentuh rekor tertingginya di level US$101 per barel.

Dalam perdagangan kemarin harga CPO Malaysia kembali naik 1,9% hingga memperbarui rekor tertingginya menjadi 3.693 ringgit (US$1.146) per ton.

Harga kacang kedelai dan minyak kedelai untuk pengiriman Mei di Chicago kemarin masing-masing naik 1,4% menjadi US$14,3675 per bushel dan 1,2% menjadi US$0,6223 per pon.

Head of Research PT BNI Securities Norico Gaman mengatakan CPO, kedelai, serta minyak kedelai sedang booming.

"Untuk CPO, kita lihat pasokan komoditas itu dari Malaysia mulai terbatas. Dari Indonesia, peningkatan produksi juga tidak mengikuti pertumbuhan permintaan global," katanya kepada Bisnis kemarin.

Dia memprediksi kekurangan pasok terhadap CPO itu akan menyebabkan harga rata-rata komoditas itu pada tahun ini akan mencapai US$1.200 per ton daripada harga rata-rata pada tahun lalu US$830 per ton.

Beberapa pekan sebelumnya, harga CPO sempat meningkat karena dipengaruhi kebijakan pemerintah Indonesia, pemasok komoditas terbesar dunia, terkait dengan penerapan tarif pungutan ekspor (PE).

Ketua Harian Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Derom Bangun hal itu telah memicu pelaku pasar di bursa berjangka dunia terus memborong CPO.

"PE CPO Indonesia naik, dikhawatirkan ekspor berkurang. Dengan demikian pasokan ke negara konsumen akan berkurang juga, harga akan terdongkrak," katanya belum lama ini.

Permintaan China

Saat menyinggung permintaan komoditas China, Norico menambahkan tidak hanya mengalami peningkatan untuk komoditas CPO.

Dia mengatakan Negeri Tirai Bambu itu juga menaikkan permintaan kedelai dan turunannya, seiring dengan perubahan iklim yang mengganggu produksi komoditas itu dari produsen utama global.

Impor kedelai China, konsumen terbesar dunia, diprediksi menjadi dua kali lipat pada bulan ini menjadi 2,5 juta ton bila dibandingkan dengan periode yang sama akhir tahun lalu.

"Pasar cukup mendukung kuatnya permintaan komoditas China," kata Kenji Kobayashi, analis Kanetsu Asset Management Co, seperti dikutip Bloomberg.

Menurutnya, para pemodal di pasar keuangan saat ini memerhatikan curah hujan yang dapat menunda panen kedelai di pusat dan bagian selatan Brasil, eksportir komoditas terbesat minyak nabati setelah AS. (berliana.elisabeth @bisnis.co.id/adhitya@bisnis.co.id)

Oleh Berliana Elisabeth S. & Adhitya Noviardi
Bisnis Indonesia

bisnis.com

20 February 2008

Bisnis 18-Feb-08: Harga gandum, CPO & kedelai berpotensi naik sepanjang 2008


Valas & Komoditas
Senin, 18/02/2008
Harga gandum, CPO & kedelai berpotensi naik sepanjang 2008
JAKARTA: Harga komoditas bahan pangan masih berpotensi naik sepanjang 2008 khususnya produk yang memiliki peranan sebagai bahan bakar alternatif seperti gandum, kedelai, dan CPO.

Citigroup Indonesia memproyeksikan permintaan atas komoditas pangan khususnya yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif masih tinggi yakni dari negara-negara emerging market. Dengan demikian harga komoditas itu masih berpeluang naik sepanjang 2008-2009.

Namun untuk komoditas lain, khususnya logam dan minyak mentah dunia, menurut Director Country Economist Citigroup Indonesia Anton Gunawan, harganya mulai menunjukkan penurunan seiring berkurangnya permintaan.

Melambatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) hingga menunjukkan tanda-tanda menuju resesi ekonomi, menjadi pemicu menurunnya harga logam dan minyak mentah. Permintaan akan berkurang, sehingga ekspor dari negara-negara produsen ke AS berkurang.

Perubahan harga sejumlah komoditas
TahunEthanolJagungEmasMinyak mentah
20048,25%-16,77%5,43%33,61%
20055,91%6,94%20,36%44,92%
200635,32%80,88%23,18%0,02%
2007-11,01%16,72%30,95%57,22%
Sumber: Citigroup Indonesia yang diolah dari Bloomberg

Citigroup memprediksi volume impor AS terus menunjukkan penurunan. Pada kuartal I 2008 negara itu tidak melakukan pembelian dari negara lain.

Namun pada kuartal II dan ke III volume impor terus menurun yakni menjadi minus 0,6 dan minus 0,5, dan pada kuartal keempat kembali nol.

Persediaan minyak

Departemen Energi AS pada 13 Februari 2008 melaporkan jumlah persediaan minyak mentahnya naik 6,4% menjadi 18,2 juta barel sepanjang lima pekan terakhir. Total permintaan minyak turun 1,8% menjadi 20,1 juta barel pada pekan lalu. AS merupakan negara konsumen minyak terbesar dunia.

Merrill Lynch & Co memproyeksikan permintaan atas komoditas pertanian dan logam mulia masih tinggi setahun ini khususnya dari negara emerging market. Kurs dolar AS yang semakin melemah dan menurunnya harga saham di AS memicu para investor mencari alternatif investasi.

"Tahun ini akan menjadi tahun positif bagi pertumbuhan keuntungan dari sektor komoditas. Permintaan yang masih tinggi dari emerging market, produksi yang terbatas, dan persediaan yang berkurang menjadi faktor pemicu tingginya harga," kata Francisco Blanch, head of global commodities research Merrill Lynch seperti dikutip Bloomberg.

Sepanjang 2008 pasokan dan permintaan produk pertanian semakin ketat, seperti untuk produk-produk gas alam, kacang kedelai, minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO), nikel, emas, dan perak. Persediaan minyak dan produk pertanian global terus menunjukkan penurunan karena permintaan yang tinggi sehingga memicu lonjakan harga.

Blanch menambahkan harga kedelai, gandum, dan CPO setahun ini terus memperbaharui rekor tertingginya dipicu meningkatnya permintaan dari India dan China.

Pasokan kedelai ke AS terus menurun setelah petani mengurangi tanamannya dalam empat tahun ini menjadi 2,6 miliar bushel. Persediaan kedelai AS akan anjlok 160 juta bushel dari 574 juta tahun ini.

Harga kontrak berjangka kedelai mencapai rekor US$13,98 per bushel pada perdagangan akhir pekan. Setahun ini harga sudah melonjak 86%.

Harga perak akan bertengger dikisaran US$14,46 per ounce pada 2008, dibandingkan dengan harga rata-rata pada 2007 sebesar US$13,39. (berliana.elisabeth@bisnis.co.id)

Oleh Berliana Elisabeth S.
Bisnis Indonesia

© Copyright 2001 Bisnis Indonesia. All rights reserved. Reproduction in whole or in part without permission is prohibited.

Bisnis 18-Feb-08: Pemerintah jaga harga HPP kedelai minimum Rp5.500 per kg


Agribisnis
Senin, 18/02/2008
Pemerintah jaga harga HPP kedelai minimum Rp5.500 per kg
JAKARTA: Pemerintah akan menjaga harga kedelai di tingkat perajin tahu dan tempe stabil pada batas harga minimum Rp5.500 per kg dan maksimal Rp6.500 per kg melalui pengadaan kedelai lokal oleh Perum Bulog.

"Harga di pasar kita harapkan tidak lebih dari Rp6.000-Rp6.500 per kg sampai di tingkat produsen tahu tempe. Itu bagi petani sudah untung, mungkin konsumen bilang mahal tetapi tempe dan tahu kandungan gizinya lebih tingggi daripada nasi," kata Dirjen Tanaman Pangan, Departemen Pertanian, Sutarto Alimoeso, akhir pekan lalu.

Dalam rangka itu, Deptan bersama Perum Bulog dan Bank Artha Graha Internasional akan bekerja sama untuk mendorong petani menanam kedelai sehingga produksi nasional meningkat hingga mencapai status swasembada.

Kerja sama itu akan ditindaklanjuti dengan penandatanganan nota kesepahaman dalam waktu dekat itu.

Nota itu isinya berupa program jaminan pembelian kedelai petani dengan harga yang ditetapkan pemerintah (HPP/harga pembelian pemerintah) dan Bulog sebagai penyalur kebutuhan perajin tahu dan tempe melalui Inkopti (Induk Koperasi Tahu Tempe) dan Primkopti (Primer Koprasi Tahu Tempe Indonesia).

Kebutuhan dan produksi kedelai (juta ton)
Kebutuhan2
Produktivitas1,3
Pasokan impor1,2
Pasokan dalam negeri0,6
Sumber: Ditjen Tanaman Pangan, 2008

"Kita harapkan minimum [HPP] bisa Rp5.500 per kg. Ini sesuai dengan desakan rakyat melalui DPR. Bulog diminta menjadi penyangga untuk komoditas kedelai," ujarnya.

Dengan HPP sebesar itu, lanjutnya, harga kedelai di tingkat pengrajin tahu dan tempe dapat ditahan antara Rp6.000 dan Rp6.500 per kg. Deptan nantinya akan membina petani untuk mengelola lahan kedelai seluas minimal 100.000-200.000 hektare yang diperkirakan bisa memproduksi sekitar 300.000 ton per tahun.

Menurut dia, butir utama yang akan dimasukkan dalam MoU antara Deptan dan Perum Bulog adalah Ditjen Tanaman Pangan bersama dinas pertanian serta pemprov melakukan pembinaan pada petani.

Produksi naik

Selanjutnya hasil produksi akan dibeli Bulog dengan patokan HPP dengan menggunakan fasilitas anggaran dari perbankan. Menurut dia, peran Bulog sebagai offtaker yang membeli kedelai sesuai HPP diharapkan bisa meningkatkan produksi kedelai nasional. Jaminan harga akan menyokong upaya pemerintah menuju kemandirian produksi kedelai, hingga mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri.

Produksi kedelai dalam negeri tahun lalu baru mencapai sekitar 600.000 ton, jauh lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat dalam setahun yang mencapai 1,8 juta hingga dua juta ton. "Kita harapkan dengan itu petani bergairah (menanam kedelai) dan mendapat keuntungannya wajar," katanya.

Selama ini, kebutuhan kedelai yang sebesar 1,8 juta ton hingga 2 juta ton per tahun lebih banyak dipasok dari impor mengingat produksi dalam negeri hanya 600.000 ton. (k34) (linda.silitonga@bisnis.co.id/martin.sihombing@bisnis.co.id)

Oleh Linda T. Silitonga & Martin Sihombing
Bisnis Indonesia

© Copyright 2001 Bisnis Indonesia. All rights reserved. Reproduction in whole or in part without permission is prohibited.

Bisnis 19-Feb-08: Inkopti & Inkobama Didorong Distribusikan Kedelai Impor


Usaha Kecil & Koperasi
Selasa, 19/02/2008
Inkopti & Inkobama didorong distribusikan kedelai impor
JAKARTA: Kementerian Koperasi dan UKM mendorong Inkopti dan Inkobama menjadi distributor kedelai untuk produsen tahu dan tempe, setelah memperoleh tiga perusahaan yang berkomitmen mengimpor komoditas bahan baku tersebut.

Asisten Deputi Urusan Ekspor Impor Kementerian Koperasi dan UKM Prijadi Atmadja mengatakan kebijakan tersebut untuk memberdayakan jaringan koperasi dan anggotanya yang menghadapi kelangkaan kedelai.

"Kedua induk koperasi yang kami dorong menjadi distributor kedelai ke perajin tahu dan tempe adalah Inkopti dan Inkobama," ujar kepada Bisnis kemarin.

Induk Koperasi Tahu Tempe (Inkopti) memiliki jaringan koperasi primer tahu tempe (kopti) hingga 200 unit yang tersebar di berbagai daerah, sedangkan Induk Koperasi Bahan Makanan (Inkobama) juga memiliki jumlah anggota yang sama.

Terkait dengan nama calon pengimpor kedelai, Prijadi tidak bersedia menyebut nama perusahaan yang akan menjadi importir alternatif tersebut. "Ada tiga perusahaan skala UKM masuk dalam nominasi importir alternatif."

Mereka dianggap layak menjadi importir, karena berpengalaman menjalin kerja sama dengan pihak asing, seperti melakukan pameran berkesinambungan di mancanegara dan memiliki jaringan bisnis.

Meski upaya memaksimalkan anggota kedua induk koperasi tersebut sudah matang, tapi Kemenkop masih harus berjuang untuk melakukan fasilitasi unit-unit koperasi tersebut untuk mendapatkan kredit usaha rakyat (KUR).

KUR, kata Prijadi, tidak diperuntukkan bagi koperasi, tapi kepada individu pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Sedangkan kerja sama dengan importir alternatif, koperasi-koperasi memerlukan modal.

"Salah satu poin yang harus dipenuhi sehingga importir alternatif tersebut bersedia memasok kedelai ke Indonesia adalah jaminan atas distribusi dan jangka pembayaran komoditas," papar Prijadi.

Untuk memperlancar arus masuk kedelai impor sekaligus memenuhi kebutuhan perajin tahu tempe, Kemenkop melakukan upaya agar anggota dari dua induk koperasi bisa mendapat program kredit usaha rakyat (KUR).

Prijadi akan melakukan presentasi di hadapan enam bank penyalur KUR bahwa koperasi juga layak mengakses dana itu. "Kami akan tawarkan agar koperasi juga mempunyai kewajiban menanggung risiko kemacetan."

Dengan asumsi pinjaman maksimal Rp500 juta, keterlibatan koperasi bisa menjawab kebutuhan bahan baku tahu dan tempe. Dari 120.000 ton per bulan kedelai kebutuhan nasional, sebanyak 80.000 ton di antaranya untuk keperluan perajin tahu dan tempe.

Belum jelas

Terkait dengan penawaran kerja sama importir dengan anggota koperasi yang difasilitasi Kemenkop, Ketua Inkopti Achmad Sulchan menilai penawaran itu belum jelas, karena masih sebatas wacana.

"Kami tetap berupaya mencari jalan terbaik untuk ditribusi kedelai di Indonesia. Karena itu kami terus berembug dengan berbagai pihak, termasuk dengan pejabat Kemenkop dan UKM," paparnya.

Tentang tawaran dari Kemenkop agar anggota Inkopti memanfaatkan fasilitas KUR supaya peranan importir baru bisa maksimal mendatangkan kedelai, Sulchan kembali menekankan bahwa itu juga masih sebatas wacana.

Sulchan mengatakan koperasi sekunder yang dipimpinnya selama ini juga berperan sebagai distributor karena menyalurkan kedelai kepada perajin tahu tempe.

Jaminan bahwa suplai kedelai akan lancar jika menjalin kerja sama dengan importir baru, Sulchan mengatakan itupun belum jelas. "Masih wacana," ujarnya. (ginting.munthe@bisnsis.co.id)

Oleh Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesia

© Copyright 2001 Bisnis Indonesia. All rights reserved. Reproduction in whole or in part without permission is prohibited.






17 February 2008

Bisnis 13-Feb-08: Mitratani27 Perkenalkan Kedelai Unggul

Rabu, 13/02/2008 15:20 WIB

Mitratani27 perkenalkan kedelai unggul

oleh : Moh. Fatkhul Maskur

JAKARTA: PT Mitratani27 memperkenalkan varietas unggul tanaman kedelai Gumitir dan Argopuro, yang mampu mencapai produktivitas 3 ton per hektare.

Mitratani27 memiliki basis budidaya di Jember Jawa Timur.Sementara itu, kedelai lokal umumnya hanya mampu mencapai angka produktivitas tidak lebih dari 2 ton per ha.

"Adanya benih unggul kedelai nasional diharapkan bisa memberikan optimisme baru kepada petani," ujar Hesty Purwanti, Direktur Bahana Arta Ventura (BAV), pada pameran gelar karya PKBL BUMN.

BAV memiliki 54% saham Mitratani27 dan sisanya dikuasai PT Perkebunan Nasional X. Selain itu, diharapkan memberi pandangan kepada pemerintah agar membantu petani untuk meningkatkan produktivitasnya dengan memberi bantuan modal kerja dan infrastuktur yang memadai.

Penelitian kedua benih tersebut dilakukan sejak 1996, di mana dari 43 galur benih (varietas) hanya keduanya yang sesuai dengan kondisi alam Indonesia. (dj)

bisnis.com

http://web.bisnis.com/sektor-riil/agribisnis/1id43547.html

Bisnis 15-Feb-08: Petani Diminta Perhatikan Kualitas Kedelai

Jumat, 15/02/2008 19:51 WIB

Petani diminta perhatikan kualitas kedelai

oleh : Djony Edward

JAKARTA (Antara): Petani diminta memperhatikan kualitas produksi kedelai sehingga memenuhi standar internasional jika ingin menembus pasar ekspor.

Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada Jogjakarta, Prof Dr Ir Mary Astuti MSc di Jakarta, Jumat mengatakan, selama ini petani kedelai kurang memperhatikan kualitas produksinya.

"Kadar air melebihi yang ditetapkan ataupun banyak yang dicampur dengan kerikil," katanya.

Menurut dia, pemerintah baik Departemen Pertanian maupun Departemen Perdagangan sebenarnya telah mengeluarkan ketentuan standar kualitas kedelai namun masih banyak petani yang mengabaikannya.

Oleh karena itu, tambahnya, diperlukan pendampingan terhadap petani dalam penangnan pasca panen sehingga terjamin kualitas hasilnya.

Menyinggung program swasembada kedelai yang ditetapkan pemerintah, dia mengatakan, produksi harus ditingkatkan hingga 15 persen per tahun.

"Diharapkan kalau memang tercapai swasembada maka impor kedelai nasional tinggal sembilan persen," katanya.

Terkait dengan peningkatan mutu dan produktivitas kedelai petani, sejak 2003 UGM bekerjasama dengan Yayasan Unilever Indonesia melakukan pendampingan kepada petani di tujuh wilayah.

Ketujuh wilayah tersebut yakni DI Yogyakarta, Kabupaten Ngawi, Nganjuk, Madiun, Trenggalek Jawa Timur serta Klaten Jawa Tengah.

Mary Astuti mengatakan, dari hasil pendampingan tersebut produktivitas kedelai petani mampu ditngkatkan dari rata-rata produktivitas nasional.

"Produktivitas rata-rata nasional saat ini 1,3 ton per hektar sedangkan hasil petani ditujuh kabupaten tersebut antara 1,65 hingga 2,95 ton per hektar," katanya.

Sementara itu Manajer Program UKM Yayasan Unilever Indonesia, Maya Tamimi mengatakan, pihaknya menampung kedelai produksi petani tersebut untuk industri kecap.

Kedelai yang dikembangkan petani binaannya yang mencapai 6.500 petani mencakup araeal 1171 ha itu merupakan kedelai hitam yang merupakan bahan baku kecap.

Mengenai harga pembelian perusahaan tersebut ke petani, Maya enggan menyebutkan angka pasti. "Yang jelas bersaing dengan harga di pasaran," katanya.

Pada kesempatan itu, Mary yang juga pakar teknologi pangan itu mengatakan, kedelai hitam memiliki kandungan protein antara 37-41 persen.

Selain itu kandungan asam mino glutamate pada kedelai hitam lebih tinggi dari kedelai kuning sehingga rasa kedelai hitam lebih gurih dari kedelai kuning.

bisnis.com

http://web.bisnis.com/umum/1id44129.html

12 February 2008

Kompas 12-Feb-08: Rp 1 Triliun untuk Produksi Kedelai

Rp 1 Triliun untuk Produksi Kedelai
Selasa, 12 Februari 2008 | 02:58 WIB

Jakarta, Kompas - Pemerintah mengalokasikan dana Rp 1 triliun untuk meningkatkan produksi komoditas tanaman pangan. Oleh Departemen Pertanian dana tersebut akan digunakan untuk meningkatkan produksi kedelai nasional, yaitu 608.263 ton pada tahun 2007 menjadi 1 juta ton pada tahun ini.

Sebelumnya, Deptan hanya menargetkan produksi sebanyak 710.915 ton atau naik 20 persen dibandingkan dengan 2007. Target produksi lalu direvisi menjadi 800.000-900.000 ton.

Sekretaris Jenderal Deptan Hasanudin Ibrahim, Senin (11/2) di Jakarta, mengatakan, tambahan anggaran Rp 1 triliun akan dimanfaatkan antara lain untuk memberikan bantuan benih kedelai varietas unggul kepada petani.

Dana itu diambil dari APBN Perubahan 2008, yaitu dari hasil penghematan sebesar 15 persen dari anggaran departemen dan lembaga nondepartemen.

Penghematan di Deptan mencapai Rp 1,395 triliun. Sebelumnya, anggaran Deptan dalam APBN 2008 sebesar Rp 9,3 triliun.

Meski realisasi anggaran peningkatan produksi pertanian itu baru ditetapkan dalam APBN-P, Hasanudin meyakini, alokasinya tidak terlambat. Itu disebabkan musim tanam kedelai dilakukan saat musim hujan mulai berkurang atau di musim gadu.

Ia menjelaskan, untuk memproduksi 1 juta ton kedelai diperlukan lahan seluas 1 juta hektar. Dari 1 juta hektar itu, 600.000 hektar di antaranya tidak memerlukan intervensi pemerintah sebab petani sendiri yang akan menanaminya. Petani tertarik karena ada jaminan harga yang relatif tinggi saat panen nanti.

Saat ini harga kedelai lokal Rp 6.500 per kilogram atau naik Rp 3.000 dari tahun lalu. Namun, harga kedelai di luar Jawa masih ada yang di bawah Rp Rp 5.000 per kg, dampak dari masalah transportasi.

Jaminan pasar

Menurut Hasanudin, pihak swasta akan diajak untuk menanam kedelai dengan insentif jaminan harga dan pembelian barang, yang diawali pada awal tahun. Perum Bulog dan BRI akan bertindak sebagai penjamin. Budidaya sistem ini akan dilakukan di lahan seluas 120 hektar.

Dalam diskusi yang diselenggarakan Fraksi Partai Golkar (F-PG) DPR, anggota F-PG Bomer Pasaribu mengatakan, pertanian Indonesia kekurangan daya dukung lahan pertanian.

Kondisinya menjadi semakin buruk karena konversi lahan pertanian yang subur untuk industri, perumahan, perkantoran, atau sektor lain terus terjadi. Tiap tahun rata-rata 35.000 hektar sawah beririgasi dikonversi. (MAS)

http://www.kompas.com/kompascetak/read.php?cnt=.kompascetak.xml.2008.02.12.02580349&channel=2&mn=3&idx=3

08 February 2008

Harga Kedelai di Bogor Mulai Turun 7-Feb-08


Harga Kedelai di Bogor Mulai Turun 7-Feb-08

Ketika berbelanja di Pasar Anyar, Bogor, kemarin, Kami 7-Feb-08, sekitar jam 0800 pagi, saya sempat ngobrol-ngobrol dengan Mas Pekalongan ini. Menurutnya, harga kedelai sudah turun menjadi sekitar Rp 6500/kg di Bogor.

Sebelum kenaikan harga, Mas Pekalongan ini menjual tempehnya sekitar Rp 2000/keping (yang berbungkus plastik ataupun berbungkus pisang), sekarang ia harus menjualnya Rp 2500/keping. Saya yang pemakan tempe ini, kemarin membeli 4 potong yang berbungkus daun pisang.

Salam dari Bogor.

07 February 2008

Bisnis 6-Feb-08: Kalteng kembangkan kedelai

Rabu, 06/02/2008

Kalteng kembangkan kedelai

JAKARTA: Provinsi Kalimantan Tengah mengembangkan tanaman kedelai seluas 100.000 ha, sebagai upaya mengatasi krisis bahan baku tempe dan tahu di Tanah Air.

Gubernur Kalteng Teras Narang mengungkapkan pembukaan lahan kedelai seluas itu akan direalisasikan dalam jangka waktu tiga tahun.

"Untuk tahap pertama [tahun ini] dibuka 15.000 ha di enam kabupaten di Kalteng yang memiliki kemampuan mengembangkan kedelai," ujarnya kemarin.�

Kalteng saat ini memiliki� sentra tanaman kedelai antara lain di Pulang Pisau, Kotawaringin Timur dan wilayah Kelampangan dan Kota Palangka Raya.

Bila program pengembangan 100.000 ha tanaman kedelai terealiasi, menurut Narang, maka pada 2010 produksi komoditas itu di Kalteng menembus angka 130.000 ton per tahun. "Hal itu dimungkinkan karena� asumsi produktivitas kedelai di Kalteng saat ini sekitar 1,3 ton per ha."

Dia mengakui proyek pengembangan 100.000 ha kedelai� terbilang ambisius, mengingat produksi kedelai provinsi yang dipimpinnya masih sekitar 700 per tahun-800 ton per tahun. Angka tersebut belum mampu mencukupi kebutuhan kedelai Kalteng yang mencapai 1.200 ton per tahun.

Produksi kedelai Kalteng tadi bahkan hanya menyumbang 0,1% bagi kontribusi nasional, meski tiap tahun mengalami peningkatan produksi 20%.

Bantuan bibit

Tapi, Narang optimistis proyek pengembangan 100.000 ha tanaman kedelai dapat terwujud, asalkan mendapat dukungan dari pemerintah pusat. "Kami mengharapkan Deptan memberikan bantuan bibit kedelai kepada para petani di Kalteng yang akan mengembangkan tanaman tersebut."�

Di sisi pemerintah daerah, menurut dia, jajarannya akan berupaya menggairahkan kembali para petani setempat untuk menanam kedelai yang dalam beberapa tahun lalu enggan menggembangkannya karena harga jualnya tidak kompetitif.

"Pengembangan pertanian kedelai skala luas tadi juga sebagai upaya menghilangkan kebiasaan pembakaran lahan yang dilakukan masyarakat. Melalui program itu diharapkan dapat diterapkan pola tanam berkesinambungan dengan tanaman padi," tandasnya.

Oleh karena itu, Narang menegaskan sasaran utama dari pengembangan 100.000 ha tanaman kedelai adalah lahan-lahan terlantar milik masyarakat yang sering menimbulkan bencana kebakaran hutan dan lahan.

"Kalau bisa kita harapkan petani dapat melakukan intensifikasi pertanian guna meningkatkan produktifitas lahan hingga 1,5 ton per ha," tandasnya.

Oleh Ismail Fahmi
Bisnis Indonesia

http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/agribisnis/1id42248.html

31 January 2008

Kompas 31-Jan-08: Baihaki, Kedelai dan Kontrak Hidup Miskin

Baihaki, Kedelai dan Kontrak Hidup Miskin
KOMPAS/YENTI APRIANTI / Kompas Images
Prof Dr Achmad Baihaki
Kamis, 31 januari 2008 | 01:48 WIB

Yenti Aprianti

Pada masa mudanya, Prof Dr Achmad Baihaki (73) pernah makan ”daging babi”. Tetapi daging itu halal buat orang Muslim sebab tidak berasal dari hewan babi, tetapi dari kedelai. Tak hanya ”daging babi”, dia juga pernah makan ”daging sapi”, ”daging ayam”, dan ”es krim”. Semuanya berbahan kedelai.

Baihaki mengonsumsi makanan tiruan dari kedelai tersebut pada tahun 1971 hingga 1978. Saat itu dia tengah kuliah tingkat magister dan doktor bidang plant breeding atau pemuliaan tanaman di University of Minnesota, Amerika Serikat.

Ketika itu AS sudah mampu membuat makanan tiruan seperti itu. Meski sama-sama terbuat dari kedelai, tetapi rasa, aroma, tekstur, bentuk, dan warna makanan tersebut bisa seperti makanan aslinya. AS juga sudah memproduksi makanan dari kedelai seperti tempe, tahu, tauco, dan berbagai kue, bahkan kosmetik.

Sejak tahun 1970-an AS sangat serius di bidang pertanian dan industri kedelai. Saat itu mereka sudah menargetkan tahun 2002 akan menguasai perkedelaian dunia. Target itu dipancang berdasarkan penelitian America Soybean Association bahwa kedelai akan menjadi ”emasnya tanah” (the gold of soil) dan sumber protein masa depan dunia (the future protein of the world).

AS meningkatkan pertanian kedelai tidak hanya untuk kebutuhan pangan, tetapi juga guna membuat biofuel atau bahan bakar dari minyak nabati sebagai antisipasi makin terbatas cadangan dan mahalnya harga bahan bakar minyak bumi. Saat itu AS menargetkan menaikkan produktivitas dari 2,2 ton kedelai per hektar menjadi 3,8 ton per hektar. Pada tahun 2007 negara itu sudah berhasil memproduksi 1,8 juta ton biofuel dari kedelai dan jagung.

Kedelai dan lingkungan

Sejak mendalami bidang pertanian, Baihaki sudah menyadari pentingnya sumber protein bagi keberlangsungan sebuah bangsa. Dia masih ingat, pada masa kecilnya kehidupan sehari-hari begitu sulit setelah Perang Dunia II. Orangtuanya membagi sebutir telur untuk enam anaknya. Maka, hanya sesendok telur itulah sumber protein termewahnya.

Baihaki mendapatkan kesempatan meneruskan sekolah di Fakultas Pertanian Universitas Indonesia pada 1955. Semasa kuliah pada tahun 1959, dia juga menjadi asisten dosen di Universitas Padjadjaran. Setelah lulus dari Universitas Indonesia tahun 1962, Baihaki langsung mengabdikan diri di Universitas Padjadjaran.

Tahun 1971 dia kuliah tingkat magister dan doktor di bidang pemuliaan tanaman di AS. Pada tingkat magister, Baihaki memilih mendalami tanaman jagung. Namun ternyata dia alergi terhadap tepung sari jagung. Saat mengawinkan jagung, tangannya bengkak dan terus bersin. Karena alergi itulah, pada tingkat doktor ia memilih mendalami sumber protein kedelai.

Sebelum kembali ke Indonesia, Wakil Presiden University of Hawaii menawarinya pekerjaan sebagai plant breeder (ahli pemuliaan tanaman). Di luar negeri, bidang pemuliaan tanaman sangat dibutuhkan. Orang yang mendalaminya bakal kaya. Namun Baihaki menolak. Sejak berangkat dia sudah membuat kontrak ”hidup miskin” sebagai ahli pemuliaan tanaman di Indonesia. Keinginannya adalah mengembangkan keanekaragaman hayati negeri ini.

Ia membuktikan keputusannya dengan meneliti kedelai. Beberapa varietas kedelai baru sudah dihasilkan. Varietas itu disesuaikan dengan lingkungan tempat kedelai ditanam. Ada kedelai untuk lahan pinggir sungai, lahan tergenang air, dekat pantai, lahan kering, lahan subur, dan lainnya. Dengan varietas yang disesuaikan dengan lingkungan, Indonesia sesungguhnya bisa memproduksi kedelai secara optimum dan sulit disaingi negara lain.

”Negara lain bisa membuat bibit tanaman, tetapi kalau tidak spesifik dengan lingkungan, hasilnya tidak akan optimum,” katanya.

Hukum kedelai

Berkat penelitian, produktivitas kedelai Indonesia yang pada 1960-an hanya 30 kilogram per hektar kini bisa mencapai 3 ton per hektar. Dua varietas yang dihasilkan Baihaki, yaitu Manglayang dan Arjasari, rata-rata menghasilkan lebih dari 3 ton per hektar, menyamai rata-rata produktivitas kedelai AS.

Bahkan, dengan pemuliaan pernah dihasilkan 2 ton kedelai per hektar di lahan pinggir Waduk Jatiluhur, Jawa Barat. Jika lahan pinggir waduk itu luasnya 150.000 hektar, berarti saat panen bisa dihasilkan 300.000 ton kedelai.

”Dari pinggir Waduk Jatiluhur saja bisa dihasilkan kedelai melebihi kebutuhan Jawa Barat,” ucapnya.

Kebutuhan kedelai Indonesia sebesar 1,8 juta ton per tahun. Tahun 2002 Indonesia mampu menghasilkan 1,6 juta ton, tetapi pada 2007 merosot menjadi 600.000 ton. Ini bukti minimnya perhatian pemerintah terhadap dunia pertanian yang justru oleh negara besar dijadikan mesin pembangunan.

”Indonesia seharusnya memiliki kebijakan perkedelaian juga bidang pertanian lain dengan konsisten. Kalau ganti pejabat, kebijakan jangan ikut ganti,” tuturnya saat ditemui di rumahnya di kawasan Bukit Dago Selatan, Kota Bandung, pertengahan Januari lalu.

Ketidakperhatian pemerintah tampak dari sedikitnya varietas kedelai di negeri ini. Indonesia hanya punya sekitar 100 varietas, sementara China memiliki 3.000 varietas kedelai. Kedelai asal China itu menyebar ke berbagai negara. Varietas dari China itu masuk ke Indonesia pada abad XVIII dan tetap dikenal hingga kini.

Baihaki mengatakan, selain aturan hukum soal perkedelaian, kalau mau maju sebaiknya Indonesia juga memiliki industri perbenihan swasta nasional. Industriwan tidak bisa terus bergantung pada benih impor. Alasannya, meskipun saat ini harganya dinilai lebih murah dibandingkan dengan membuat benih sendiri, tetapi dalam hitungan tahun ketergantungan itu harus dibayar mahal.

Kalau para ilmuwan Indonesia sudah berani membuat ”kontrak miskin” pada dirinya sendiri, kapan pemerintah mau mengajak seluruh warga bangsanya betul-betul berani berhemat untuk hidup mandiri dari pertanian?


http://www.kompas.com/kompascetak/read.php?cnt=.kompascetak.xml.2008.01.31.01483011&channel=2&mn=13&idx=13


30 January 2008

Bisnis 14-Jan-08: Presiden pencinta tempe

Senin, 14/01/2008 14:31 WIB

Presiden pencinta tempe

oleh : Djony Edward

JAKARTA (Antara): Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta menteri terkait membahas persoalan kenaikan harga kedelai yang mengakibatkan perajin tahu tempe mengalami kesulitan. 

"Presiden sejak dulu pencinta setia tahu dan tempe, dan memerintahkan supaya Menteri Perdagangan dan Menteri Pertanian bertemu para perajin tahu tempe," kata Juru Bicara Kepresidenan, Andi Mallarangeng, usai bertemu dengan sejumlah wakil perajin tahu tempe se Indonesia, yang melakukan unjuk rasa di depan Istana Merdeka, Jakarta, Senin. 

Menurut Andi, Presiden meminta Menteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu dan Menteri Pertanian (Mentan) Anton Apriyantono menjelaskan persoalan melonjaknya harga kedelai yang menjadi aspirasi para pengunjuk rasa. 

Sekitar pukul 10.00 WIB, sekitar tiga ribu perajin tahu tempe DKI Jakarta, menggelar aksi unjuk rasa di depan Istana Presiden, akibat semakin melambungnya harga kacang kedelai. 

Pada pukul 13.00 ini Menko Perekonomian Boediono dilaporkan, juga akan menggelar rapat koordinasi dengan sejumlah menteri membahas persoalan tersebut. 

Ketua Perhimpunan Primkop M. Sukaryo menyampaikan bahwa perajin tahu tempe kesulitan bahan baku produksi karena harga kedelai melonjak sejak tiga bulan terakhir, dari sekitar Rp3.450 per kg menjadi Rp7.500 per kg. 

"Itulah kesulitan perajin tahu tempe yang membutuhkan perlindungan pemerintah terutama agar diciptakan stabilitas harga kedelai ke depannya," kata Sukaryo. 

Ia juga menyampaikan ucapan terima kasih atas tanggapan pemerintah dan akan mengawasi terus kebijakan yang akan ditempuh pemerintah untuk menurunkan dan menstabilkan harga kedelai. 

"Kami meminta dalam jangka waktu 3-4 bulan ke depan, pemerintah memberikan suntikan dana kepada perajin tahu tempe karena kebijakan yang diambil pemerintah pasti tidak akan langsung berpengaruh terhadap penurunan harga kedelai," katanya.


http://web.bisnis.com/sektor-riil/perdagangan/1id38759.html

Bisnis 18-Jan-08: Harga tempe di Sukabumi melejit jadi Rp8.000

Jumat, 18/01/2008 15:47 WIB

Harga tempe di Sukabumi melejit jadi Rp8.000

oleh : Djony Edward

SUKABUMI (Antara): Harga tempe di Sukabumi kini mencapai Rp8.000/papan yang sebelumnya mencapai Rp4.000/papan, sehingga menyulitkan warga Sukabumi untuk membeli produk pangan dari kedelai tersebut. 

"Akibat harga kedelai naik hingga 100%, harga tempe dan tahu juga mengalami kenaikan cukup signifikan," kata salah seorang pedagang tahu dan tempe di Pasar Pelita Kota Sukabumi, Komar (55) di Sukabumi, Jumat. 

Dikatakannya, harga tempe saat ini dijual dengan harga Rp 8.000/papan, padahal sebelumnya hanya mencapai Rp4.000/papan, sementara harga tahu yang sebelumnya sebesar Rp200/buah, kini naik menjadi Rp300/buah. 

Menurut dia, tingginya harga tahu dan tempe mengakibatkan jumlah pembeli yang kebanyakan para penjual gorengan keliling itu mengalami penurunan cukup signifikan hingga mencapai 80 persen, sehingga dirinya mengurangi pasokan dari pengusaha tahu dan tempe di Kecamatan Citamiang Kota Sukabumi. 

"Biasanya saya membeli hingga satu kuintal lebih, kini hanya 70 hingga 80 kg/hari. Bahkan, terkadang tidak habis terjual," keluhnya. 

Pedagang lainnya di Pasar Tipar, Yayan Suryana (35), mengatakan, dengan naiknya harga kedelai impor sebesar 100 persen, harga tahu juga naik 100 persen. 

"Biasanya saya jual tahu Rp100/buah, kini dijual dengan harga Rp200/buah. Sementara tempe, biasa saya jual Rp3.500/potong berukuran 15cm x 20cm, kini saya jual Rp5.500/potong," katanya. 

Agar tidak terlalu rugi, dirinya juga memotong tempe lebih kecil dan lebih tipis dari biasanya, pasalnya saat ini jarang sekali konsumen yang membeli tahu dan tempe. 

"Omset penjualan saya menurun drastis. Biasanya bisa menjual enam papan, kini hanya dua papan. Itu pun tidak habis terjual," keluhnya seraya menambahkan pendapatannya pun berkurang dari Rp400 ribu menjadi Rp200 ribu. 

Sementara itu, sebagian warga Kota Sukabumi mengeluhkan tingginya harga tahu dan tempe yang naik hingga dua kali lipat dari harga sebelumnya, dan ukurannya pun lebih kecil. 

"Biasanya saya membeli tahu Rp1.500/bungkus (isi 10 buah-red), kini harganya mencapai Rp3.000/bungkus. Sementara harga tempe tidak berubah, namun ukurannya diperkecil dari kondisi normal," kata salah satu pedagang nasi di Jalan Siliwangi Kota Sukabumi, Entin (56). 

Menurut dia, bila harga tidak kembali normal, maka kemungkinan ia tidak akan menjual tahu dan tempe sebagai lauk di warung nasinya. 

Sementara pedagang sembako yang menjual kacang kedelai, Ii Solihat (57), menyebutkan harga kacang kedelai lokal saat ini mencapai Rp8.500/kg, padahal sebelumnya harga jauh dibandingkan saat ini. "Banyak pembeli yang mengeluhkan tingginya kacang kedelai," ujarnya. 

Sebelumnya, Walikota Sukabumi, Mokh Muslikh Abdussyukur, menyatakan akan mempertimbangkan melakukan operasi pasar terkait langkanya tahu dan tempe. 

"Kami akan mengecek terlebih dahulu penyebab langkanya tahu dan tempe. Saya akan membicarakan masalah ini dengan Kabag Perekonomian, apakah diperlukan OP atau tidak pasalnya pelaksanaan OP harus berkoordinasi dengan pihak Bulog," katanya.

http://web.bisnis.com/sektor-riil/perdagangan/1id39576.html

Bisis 30-Jan-08: Lima Produk Pangan Terindikasi Kartel

Rabu, 30/01/2008

'5 Produk pangan terindikasi kartel'

JAKARTA: Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengindikasikan terjadinya praktik oligopoli perdagangan lima komoditas selama ini, yaitu beras, gula, kedelai, bawang merah, dan tembakau.

Menurut Ketua KPPU Mohammad Iqbal,� dominasi oleh beberapa perusahaan pada pasar lima komoditas itu (oligopoli) mengarah ke kartel harga.

"Indikasi [oligopoli mengarah kartel] di sektor pertanian, dan kami� konsentrasi pada beras, gula, kedelai, bawang merah, tembakau," kata Iqbal kepada pers, akhir pekan lalu.

Terkait dengan konsentrasi penelusuran KPPU pada lima komoditas tersebut, lanjutnya, karena KPPU menaruh perhatian besar pada industri yang menguasai hajat hidup orang banyak.

Iqbal mengakui tugas lembaganya yang menegakkan persaingan sehat mendapat temuan awal bahwa industri yang menguasai hajat hidup orang banyak di Indonesia, sebagian besar diindikasikan kartel. "Kasusnya sama, yaitu ketika panen harga turun. Sebaliknya jika pasokan barang sedikit, harga naik."

Dia menjelaskan adanya penyesuaian harga terkait pasokan dan permintaaan memang merupakan keseimbangan pasar yang biasa terjadi. Namun, kenaikan dan penurunan harga yang terjadi di lima komoditas yang kini diteliti KPPU tersebut, dinilai tidak normal.

"Kami ingin konsumen diuntungkan. Misalnya, kalau barang kurang kenaikan harganya tidak mencolok. Kalau lagi banyak [produknya], turunnya harga tidak membuat produsen jadi rugi. Kalau persaingan sehat bisa seperti itu."�

Menurut Iqbal, dari lima komoditas yang tengah disorot KPPU, hanya tembakau yang akan dimulai penelitiannya, sedangkan beras, gula, kedelai, dan bawang merah, masih dalam tahap penelusuran.

Jadwal ulang

Sementara itu, Iqbal menjelaskan importir kedelai Cargill Indonesia minta penjadwalan ulang selama satu hingga dua minggu ke depan, atas pemanggilan perusahaan itu oleh KPPU pada minggu lalu terkait dengan dugaan oligopoli pasar kedelai.

Iqbal mengungkapkan pada dasarnya lembaga yang dipimpinnya mengabulkan mundurnya jadwal tersebut, dan memaklumi alasan Cargill Indonesia yang menyatakan belum siap untuk menyampaikan informasi kepada KPPU.

Oleh Linda T. Silitonga
Bisnis Indonesia

29 January 2008

Kompas 29-Jan-08: Pengembangan Kedelai Terkendala Bibit (Aceh)

Pengembangan Kedelai Terkendala Bibit

Selasa, 29 januari 2008 | 02:30 WIB

Banda Aceh, Kompas - Program pengembangan 100.000 hektar tanaman kedelai di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terkendala bibit. Ketersediaan bibit hanya untuk 700 hektar.

”Sangat sulit mendapatkan benih kedelai bersertifikat dan merupakan benih unggul. Padahal, benih seperti itu yang diinginkan oleh petani kedelai agar hasil lebih optimal. Persoalan itu tidak hanya di Aceh, tetapi juga daerah lain di Indonesia,” kata Naswir Aiman, Kepala Subdinas Bina Produksi Padi dan Palawija Dinas Pertanian NAD, Senin (28/1) di Banda Aceh.

Kepala Seksi Benih Padi dan Palawija Azhary Mauny menambahkan, selain benih terbatas, petani kedelai di Aceh hanya mengandalkan varietas lokal, yaitu kipas merah dan kipas putih.

”Varietas ini belum memiliki sertifikat sebagai benih berkualitas unggul. Meski banyak dipakai, labelisasi atau sertifikasi membuat mereka menjadi lebih baik dan bisa digunakan sebagai benih di tingkat nasional,” ujarnya.

Azhary mengatakan, untuk mendapatkan sertifikasi sebagai benih berkualitas dan unggul dalam segi hasil (kuantitas), yang juga diperlukan adalah ketahanan terhadap serangan hama.

”Yang sekarang sedang kami coba adalah pemurnian varietas kipas merah. Hasilnya sedang diuji coba agar memperoleh benih kualitas unggul,” katanya. Azhary menambahkan, daerah yang sedang mencoba pemurnian varietas kipas merah adalah Kabupaten Pidie, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh Utara, dan Kabupaten Aceh Timur.

Dari Palangkaraya dilaporkan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah berencana membuka lahan kedelai seluas 100.000 hektar hingga 2010, melalui pola tanam yang berkesinambungan dengan padi. Tahun ini ditargetkan 15.000 hektar di enam kabupaten ditanami kedelai apabila tersedia benih dari Departemen Pertanian.

Selain untuk menambah produksi kedelai Kalimantan Tengah, budidaya komoditas ini diyakini dapat ikut mencegah kebiasaan pembakaran untuk membersihkan lahan. Demikian Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang kepada pers di Palangkaraya, Senin (28/1).

Penanaman kedelai dapat dilakukan seusai musim padi periode Oktober-Maret. (CAS/MHD)

http://www.kompas.co.id/kompascetak/read.php?cnt=.kompascetak.xml.2008.01.29.0230206&channel=2&mn=9&idx=9

28 January 2008

Tempo 25-Jan-08: Polisi Temukan Gudang Penimbunan 13 Ribu Ton Kedelai

Polisi Temukan Gudang Penimbunan 13 Ribu Ton Kedelai
Jum'at, 25 Januari 2008 | 20:06 WIB

TEMPO InteraktifSurabaya:
Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Wilayah Kota Besar Surabaya menemukan gudang tempat menimbun 13 ribu ton kedelai di Jalan Dupak Rukun 71 Surabaya, Jumat (25/1). 

Letak gudang itu tersembunyi karena berada di dalam area pabrik garam PT Susanti Megah. Sejak tahun lalu, PT Susanti menyewakan gudang itu kepada PT Cargill Indonesia. 

Ketika digeledah, didalamnya terdapat butiran-butiran kedelai yang menggunung hingga mencapai ketinggian sekitar 8 meter. Sebagian kecil dari kedelai-kedelai tersebut telah dipak ke dalam glansing. 

"Ini mengherankan. Di masyarakat kedelai langka, tapi disini ada barangnya segini banyak," kata Kapolwiltabes Surabaya Komisaris Besar Anang Iskandar yang datang ke lokasi sambil menggeleng-gelengkan kepala. 

Anang menduga ada indikasi kesengajaan untuk menimbun bahan baku pokok tempe dan tahu yang belakangan ini harganya membumbung. Pasalnya, dari dokumen yang didapatkan polisi, PT Cargill Indonesia yang berkartor pusat di Plaza Bapindo, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, itu mengimpor kedelai dari Amerika Serikat pada tahun 2007 lalu sebanyak 22 ribu ton. 

Namun yang mengherankan, impor yang diperuntukkan untuk mencukupi kebutuhan pada tahun lalu itu hingga akhir tahun hanya tersalur 9 ribu ton hingga awal 2008. 

Meski begitu, polisi belum dapat menyegel gudang tersebut karena belum menemukan indikasi pelanggaran pidana. "Kami masih akan menanyakan ke Deperindag mengapa izin impor tahun lalu, kok sampai sekarang sebagian besar barangnya tidak disalurkan," kata Anang yang didampingi Kasatreskrim Polwiltabes Surabaya, AKBP Dedi Prasetyo dan Kapolresta Surabaya Utara AKBP Nasri. 
Hingga Jumat sore, polisi masih menyelidiki keberadaan kedelai-kedelai tersebut dengan meminta keterangan Ardiansyah, Trading Manager PT Cargill dan Operatinonal Surveyor PT Cargill Ida Bagus Made Oka. Menurut keterangan kedua orang tersebut, selama ini PT Cargill masih mengantongi izin remi penjualan kedelai ke masyarakat. 

Menurut Ardiansyah, Cargill melepas kedelai ke pasaran dengan harga Rp 6.950 per kilogram. Polisi juga berupaya untuk mengadakan kontak dengan pimpinan PT Cargill bernama Clemen Tan yang berkewarganegaraan asing. "Kita akan selidiki pengakuan mereka," kata Dedi. Kukuh Wibowo

http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2008/01/25/brk,20080125-116214,id.html


Tempo 25-Jan-08: Polisi Temukan Gudang Penimbunan Kedelai

Polisi Temukan Gudang Penimbunan Kedelai
Jum'at, 25 Januari 2008 | 18:18 WIB

TEMPO InteraktifSURABAYA:
Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Wilayah Kota Besar Surabaya menemukan gudang penimbunan 13 ribu ton kedelai milik PT Cargill Indonesia di Jalan Dupak Rukun 71 Surabaya, Jumat (25/1). Letak gudang itu tersembunyi di areal pabrik garam milik PT Susanti Megah. 

Saat digeledah, isi gudang itu berisi butiran kedelai yang menggunung setinggi 8 meter. Sebagian kecil kedelai itu telah dipak dalam karung plastik. 

Kepala Kepolisian Wilayah Kota Besar Surabaya, Komisaris Besar Anang Iskandar, mengaku heran melihat timbunan kedelai itu. Sebab pasokan kedelai di masyarakat saat ini masih langka. “Tapi di gudang ini ada kedelai begitu banyak,” ujarnya di Surabaya hari ini. 

Hingga sore hari ini Polisi masih menyelidiki keberadaan kedelai itu dengan meminta keterangan Trading Manager Cargil Indonesia, Ardiansyah dan Operatinonal Surveyor Cargil Indonesia, Ida Bagus Made Oka. 

Dari keterangan kedua orang ini, selama ini Cargill masih mengantongi ijin resmi penjualan kedelai ke masyarakat. 
Menurut Ardiansyah, Cargil melepas kedelai ke pasaran seharga Rp 6.950 per kilogram. 

Kukuh Wibowo

http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura/2008/01/25/brk,20080125-116199,id.html

Tempo 24-Jan-08: KPPU Panggil Importir Kedelai

KPPU Panggil Importir Kedelai
Kamis, 24 Januari 2008 | 18:48 WIB

TEMPO InteraktifJakarta:
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) akan meminta keterangan empat importir utama kedelai untuk memastikan ada atau tidaknya dugaan kartel seiring melonjaknya harga kedelai belakangan ini. 

“Mereka sudah kami kirimi undangan,” kata Ketua KPPU Syamsul Maarif. KPPU memperkirakan keterangan dari empat importir itu akan diperoleh awal Pebruari nanti. 

Sebelumnya disebut-sebut empat importir utama itu adalah Teluk Intan, Gunung Sewu, Liong Seng, dan Cargill. “Kalau tidak salah satunya ada Cargil,” ujar Syamsul. 

Dugaan kartel itu patut diselidiki karena sedikitnya importir kedelai. Padahal pemerintah tidak membatasi impor. Tapi dugaan itu belum dapat dipastikan. Sebab bisa jadi importir kedelai butuh modal besar sehingga secara alamiah pemainnya sedikit. 


Harun Mahbub

http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2008/01/24/brk,20080124-116123,id.html


Tempo 28-Jan-08: Polisi Temukan Timbunan 50 Ribu Ton Kedelai

Polisi Temukan Timbunan 50 Ribu Ton Kedelai
Senin, 28 Januari 2008 | 19:51 WIB

TEMPO InteraktifSurabaya: Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Wilayah Kota Besar Surabaya kembali menemukan gudang penimbunan puluhan ribu ton kedelai impor asal Amerika Serikat pada Senin (28/1) sore. Gudang tempat menimbun kedelai berada di dua lokasi di Surabaya dan Sidoarjo. Masing-masing gudang menyimpan 23 ribu dan 27 ribu ton kedelai.

Kepala Kepolisian Wilayah Kota Besar Surabaya Komisaris Besar Anang Iskandar yang mendatangi gudang di Sidoarjo mengungkapkan, dua gudang ini diketahui milik PT Gerbang Cahaya Utama. Tapi, setelah dicek surat dan dokumennya, importir itu bisa menunjukkan kepemilikan dokumen resmi. 

Dokumen itu menyatakan bahwa kegiatan PT Gerbang Cahaya Utama adalah legal. "Mereka telah mengimpor kedelai sebanyak empat kali,” kata Anang Iskandar. Impor terakhir dilakukan pada 3 Desember lalu. 

Anang yang ditemui Irawanto, penanggungjawab gudang mendesak agar puluhan ton kedelai itu segera dijual ke masyarakat. Pasalnya, dari aturan yang ada, tenggang waktu penimbunan bahan makanan impor seperti kedelai, hanya berlaku tiga bulan. Bulan depan kedelai ini sudah harus distribusikan ke masyarakat. Kalau “tetap ditimbun kami proses sesuai hukum," ujarnya. 

Penemuan gudang penimbunan kedelai itu merupakan yang kedua dalam sepekan terakhir. Pada Jumat pekan lalu aparat juga menemukan gudang penimbunan 13 ribu ton kedelai milik PT Cargill Indonesia. Penemuan demi
penemuan itu terjadi di tengah membubungnya harga bahan baku tempe dan tahu itu. kukuh s wibowo 

http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura/2008/01/28/brk,20080128-116423,id.html

Tempo 11-17-Jun-07: ABC, Setelah 32 Tahun

ABC, Setelah 32 Tahun

Pemain tua ini masih bergigi. Meski beberapa tahun terakhir brand value-nya menurun, pamor kecap ABC sebagai kecap nomor satu negeri ini masih melekat. Penampilan barunya sejak 7 Februari terkesan modern. 

Kecap ABC memang salah satu produk andalan PT ABC Central Food Industri yang berdiri pada 1975. Pendirinya, Chu Sok Sam, mengawali kiprah bisnis di pabriknya di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat. Tiga tahun kemudian, ia mulai memproduksi sirup, sambal, dan saus tomat. Sejak 1982, mereka memproduksi teh, kopi, dan sari buah dalam kemasan, disusul makanan bayi, ikan kaleng (sarden), dan daging kaleng (corned beef). Produk-produk itu kemudian diekspor. 

Sepeninggal Chu pada 1986, generasi kedua, Kogan Mandala, memimpin perusahaan dengan tiga pabrik ini. Sedang giat-giatnya berekspansi, krisis ekonomi melanda. Untuk mengatasi masalah keuangan, ABC Central Food Industry menjual 65 persen sahamnya kepada HJ Heinz Co., raksasa kecap terkemuka asal Amerika Serikat. Otomatis sejak Februari 1999, kecap ABC bernaung di bawah PT Heinz ABC Indonesia. 

Sebetulnya kisah sukses Chu Sok Sam bukan hanya produksi makanan-minuman saja. Bersama saudaranya, Chandra Djojonegoro alias Chu Sam Yak, ia juga berhasil membesarkan batu baterai ABC dan Anggur Tjap Orang Tua. 

Di bawah pimpinan generasi keduanya pasca-1980, bisnis mereka justru menggurita. Akuisisi, usaha patungan dan pendirian perusahaan baru dilakukan, di antaranya menghadirkan Red Bull (Kratingdaeng), membidani kelahiran pembuat minuman Kiranti, Larutan Penyegar Panjang Jiwo, Larutan Penyegar Tjap Orang Tua, permen Tango, serta pasta gigi Durodont, ABCDent, dan Formula Junior.

D.A. Candraningrum


http://www.tempointeraktif.com/hg/mbmtempo/arsip/2007/06/11/EB/mbm.20070611.eb3.id.html

Tempo 11-17-Jun-07: Si Bango Terbang Jauh

Si Bango Terbang Jauh

Bango, bukan Bangau. 

Itu karena kecap ini semula merupakan industri rumah tangga yang hanya dikenal di Jakarta dan Jawa Barat. Didirikan oleh Keluarga Tjoa Eng Nio pada 1928 di Tangerang di bawah bendera PT Anugerah Setia Lestari, pemiliknya bercita-cita mengembangkan si Bango hingga ke mancanegara. Mimpi itu memang terwujud lewat ekspor ke berbagai negara dengan omzet Rp 1 miliar per bulan. Cita-cita itu semakin nyata setelah pada 1992 Kecap Bango dipimpin oleh Eppy Kartadinata, putra keempat pasangan Yunus Kartadinata-Tjoa Eng Nio, yang menerima pinangan Unilever Indonesia untuk mengambil alih kepemilikan Kecap Bango. Sejak 2001, Kecap Bango pun resmi menjadi bagian dari Unilever Indonesia. 

Pemilik boleh berganti, namun rasa asli Kecap Bango tetap dipertahankan. ”Kualitasnya terus ditingkatkan,” kata Heru Prabowo, manajer senior merek Bango. Caranya dengan membina petani penghasil kedelai hitam, bahan dasar Kecap Bango, untuk mendapat hasil yang lebih baik. 

Hingga enam tahun pasca-akuisisi, banyak hal telah dilakukan oleh Unilever Indonesia. Tak hanya mengekspor Kecap Bango hingga ke seluruh Asia Tenggara dan Arab Saudi, anak perusahaan Unilever International yang berkantor pusat di London, Inggris, dan Rotterdam, Belanda, ini pun meremajakan si Bango yang dinilai tak menggairahkan lagi. 

Sejak 1 Februari lalu, Bango tampil dengan nama, logo, dan kemasan baru. Jika dulu mengusung merek Kecap Bango, sekarang cukup Bango saja. Kemasannya pun berubah menjadi terkesan lebih muda dengan warna-warna segar. Kini, si Bango siap terbang jauh dari sarangnya.

D.A. Candraningrum

http://www.tempointeraktif.com/hg/mbmtempo/arsip/2007/06/11/EB/mbm.20070611.eb3.id.html