26 February 2008

Kompas 26-Feb-08: Kupon Subsidi Kedelai Tunggu Penetapan APBN-Perubahan

Ketahanan Pangan
Kupon Subsidi Kedelai Tunggu Penetapan APBN-Perubahan
Selasa, 26 Februari 2008 | 01:42 WIB

Jakarta, Kompas - Kupon atau voucher subsidi kedelai yang dijanjikan pemerintah belum bisa segera disalurkan kepada perajin tempe dan tahu. Penyaluran subsidi pembelian kedelai masih harus menunggu penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan atau APBN-P.

Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Departemen Perindustrian Fauzi Azis di Jakarta, Senin (25/2), mengatakan, dari hasil evaluasi Kantor Menteri Koordinator Perekonomian hari Minggu lalu, pemerintah mencermati kecenderungan harga komoditas di pasar dunia, seperti kedelai, minyak goreng, dan tepung terigu.

Pemerintah menilai, sejak kebijakan penurunan bea masuk dan pajak ditanggung pemerintah diterapkan, harga beberapa komoditas pangan relatif stabil. Tidak mengalami penurunan, tetapi juga tidak melonjak di luar dugaan pemerintah.

Fauzi menjelaskan, untuk komoditas kedelai, kuasa penggunaan anggaran (KPA) diserahkan ke Departemen Perindustrian. Secara teknis, pihaknya sedang mempersiapkan teknis penyaluran subsidi itu.

”Pembelian kedelai dengan sistem kupon ini diperkirakan akan berlangsung selama enam bulan. Mudah-mudahan bisa dimulai bulan Maret, setelah penetapan APBN-P dipercepat,” ujarnya.

Secara garis besar, menurut Fauzi, kupon subsidi senilai Rp 1.000 per kilogram akan diberikan langsung kepada perajin berbasis kedelai. Jumlah perajin yang mendapatkan kupon dihitung berdasarkan survei Badan Pusat Statistik.

”Jumlah perajin tahu-tempe seluruh Indonesia sekitar 115.000 orang, antara lain di Provinsi Sumatera Utara, Lampung, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Subsidi itu hanya akan diberikan kepada skala usaha mikro, yaitu perajin yang menggunakan kedelai sebanyak 100 kilogram atau kurang per hari,” jelasnya.

Secara teknis, kupon akan dibagikan melalui dinas perindustrian di setiap daerah. Sesuai koordinasi pemerintah pusat, pemerintah daerah menetapkan lokasi penjualan dan beberapa pedagang yang siap menjual kedelai dengan sistem kupon.

Artinya, jika kedelai dijual seharga Rp 6.500 per kilogram, perajin tahu-tempe hanya membayar seharga Rp 5.500 plus menyerahkan kupon potongan harga tersebut. Kemudian, kupon-kupon yang terkumpul bisa segera ditukarkan ke bank yang ditunjuk pemerintah, misalnya, Bank Rakyat Indonesia.

Tak ada alasan menunda

Menanggapi lambannya pencairan subsidi kedelai, Sekretaris Jenderal Induk Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Inkopti) Untung Suparwo menyatakan sebenarnya tidak ada lagi alasan pemerintah menunda- tunda pencairan subsidi. Penundaan pencairan hanya membuat perajin tempe-tahu kecewa.

”Sebelumnya sudah ada kesepakatan antara DPR dan pemerintah serta perajin terkait pemberian subsidi, jadi tidak ada alasan terus menunda,” katanya.

Semakin lamban pencairan dana subsidi, makin memberatkan produsen tempe-tahu. Akibat buruknya produsen bisa kembali mengecilkan volume produk, mem-PHK para pekerja, dan sampai tahap bangkrut.

Untung juga mengatakan bahwa selain perlunya subsidi harga, perajin tempe-tahu juga mendesak pemerintah menstabilkan harga kedelai. Selama ini harga kedelai sepenuhnya tergantung dari harga di pasar dunia. Ketika harga kedelai internasional berfluktuasi, perajin tempe-tahu kalang kabut karena sulit menjual produk dan membeli bahan baku lagi. (OSA/MAS)

Sumedang 25-Feb-08: Kedelai dan Tahu Sumedang

Sumedang: Kedelai dan Tahu Sumedang

Kita semua tahu bagaimana maknyusnya tahu Sumedang. Sulit membayangkan Sumedang tanpa tahunya, walaupun akhir-akhir ini kenaikan harga kedelai membuat ancaman itu menjadi sangat nyata.

Kebutuhan Sumedang akan kedelai mencapai 20 ton per-hari. Bila petani-petani Sumedang sudah bener-bener jago, lahan Sumedang yang subur diharapkan mampu memproduksi 2 ton/ha/musim tanam (3 bulan). Simpelnya, setiap hari Sumedang harus memanen dari 1000 ha lahan, dengan rotasi penuh 3 bulan tersebut (90 hari), berarti harus ada lahan kedelai 90ribu ha. Hek hek hek!!!

Kenyataannya, untuk musim tanam 2008 ini, Sumedang cuma mampu menyisihkan lahan 6000an ha di kawasan dataran rendah dan 6000an lagi di dataran tinggi, total 12ribu ha (bandingkan dengan 90rb ha utk swasembada, baru 13% kecukupan lahan kedelai). Masih jauh dari kemampuan mencukupi kebutuhannya sendiri.

Lebih cilaka lagi, kebutuhan benih kedelai (yang cepat sekali menurun viabilitasnya itu), teoretis adalah 40kg/ha. Untuk musim tanam 2008 (12ribu ha), total keperluan benih kedelai adalah 480 ton!!! Itu dapat dipenuhi dari sekitar 200-240 ha kebun benih!!! Kebutuhan benih unggul utk kebun benih ini adalah 8 ton benih!!! Di rupiahkan??? Kalikan saja dengan Rp 15rb/kg untuk benih unggul Anjasmoro!!! Rp 120juta!!!

Lupakan saja dulu soal itu. Angka-angka mimpi yang nantinya harus kita realisasikan itu didapat sambil menikmati tahu Sumedang bersama Kang Hendra (Wado Energy Farm, kiri, foto paling bawah) dan Pak Akay Sukarya (tengah) dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Pemkab Sumedang. Kami cari tempat yang tahunya bener-bener maknyus, yaitu Warung Tahu 'Cita Rasa Sumedang' di Jalan Pangeran Kornel, tepat di seberang Grya Plaza, Sumedang. Biar semua ngiler, lihat dong foto-fotonya.

Imam Soeseno, Sumedang, 25-Feb-2008

22 February 2008

Bisnis 21-Feb-08: Penembusan rekor harga kedelai terhenti

Kamis, 21/02/2008

FLUKTUASI
Penembusan rekor harga kedelai terhenti

SINGAPURA: Penembusan rekor harga kedelai terhenti kemarin, setelah dalam lima hari terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan karena dipengaruhi spekulasi China yang akan menaikkan impor komoditas itu.

Harga kedelai yang sempat menyentuh level US$14,2875 per bushel, telah meningkat hingga 83% pada akhir tahun lalu, setelah para petani AS menanam lebih sedikit komoditas itu dalam satu dekade.

"Terjadi koreksi secara teknikal, setelah sempat melonjak ke level US$14 per bushel," kata Takaki Shigemoto, analis Okachi & Co, Tokyo.

Menurut dia, jika harga mencapai level kemarin, pihaknya masih melihat potensi peningkatan harga karena dipengaruhi kuatnya permintaan China.

Harga kedelai untuk pengiriman Mei di Chicago Board of Trade kemarin turun 0,6% menjadi US$14,0975 per bushel. (Bloomberg/adn)

bisnis.com

Bisnis 22-Feb-08: Harga CPO dan kedelai makin membubung


Jumat, 22/02/2008

Harga CPO dan kedelai makin membubung

JAKARTA: Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO), kedelai, dan minyak kedelai kian membubung dan terus memperbarui rekor tertingginya di pasar kemarin.

Peningkatan harga itu terjadi seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap minyak nabati dari China, serta melonjaknya harga minyak mentah hingga menyentuh rekor tertingginya di level US$101 per barel.

Dalam perdagangan kemarin harga CPO Malaysia kembali naik 1,9% hingga memperbarui rekor tertingginya menjadi 3.693 ringgit (US$1.146) per ton.

Harga kacang kedelai dan minyak kedelai untuk pengiriman Mei di Chicago kemarin masing-masing naik 1,4% menjadi US$14,3675 per bushel dan 1,2% menjadi US$0,6223 per pon.

Head of Research PT BNI Securities Norico Gaman mengatakan CPO, kedelai, serta minyak kedelai sedang booming.

"Untuk CPO, kita lihat pasokan komoditas itu dari Malaysia mulai terbatas. Dari Indonesia, peningkatan produksi juga tidak mengikuti pertumbuhan permintaan global," katanya kepada Bisnis kemarin.

Dia memprediksi kekurangan pasok terhadap CPO itu akan menyebabkan harga rata-rata komoditas itu pada tahun ini akan mencapai US$1.200 per ton daripada harga rata-rata pada tahun lalu US$830 per ton.

Beberapa pekan sebelumnya, harga CPO sempat meningkat karena dipengaruhi kebijakan pemerintah Indonesia, pemasok komoditas terbesar dunia, terkait dengan penerapan tarif pungutan ekspor (PE).

Ketua Harian Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Derom Bangun hal itu telah memicu pelaku pasar di bursa berjangka dunia terus memborong CPO.

"PE CPO Indonesia naik, dikhawatirkan ekspor berkurang. Dengan demikian pasokan ke negara konsumen akan berkurang juga, harga akan terdongkrak," katanya belum lama ini.

Permintaan China

Saat menyinggung permintaan komoditas China, Norico menambahkan tidak hanya mengalami peningkatan untuk komoditas CPO.

Dia mengatakan Negeri Tirai Bambu itu juga menaikkan permintaan kedelai dan turunannya, seiring dengan perubahan iklim yang mengganggu produksi komoditas itu dari produsen utama global.

Impor kedelai China, konsumen terbesar dunia, diprediksi menjadi dua kali lipat pada bulan ini menjadi 2,5 juta ton bila dibandingkan dengan periode yang sama akhir tahun lalu.

"Pasar cukup mendukung kuatnya permintaan komoditas China," kata Kenji Kobayashi, analis Kanetsu Asset Management Co, seperti dikutip Bloomberg.

Menurutnya, para pemodal di pasar keuangan saat ini memerhatikan curah hujan yang dapat menunda panen kedelai di pusat dan bagian selatan Brasil, eksportir komoditas terbesat minyak nabati setelah AS. (berliana.elisabeth @bisnis.co.id/adhitya@bisnis.co.id)

Oleh Berliana Elisabeth S. & Adhitya Noviardi
Bisnis Indonesia

bisnis.com

20 February 2008

Bisnis 18-Feb-08: Harga gandum, CPO & kedelai berpotensi naik sepanjang 2008


Valas & Komoditas
Senin, 18/02/2008
Harga gandum, CPO & kedelai berpotensi naik sepanjang 2008
JAKARTA: Harga komoditas bahan pangan masih berpotensi naik sepanjang 2008 khususnya produk yang memiliki peranan sebagai bahan bakar alternatif seperti gandum, kedelai, dan CPO.

Citigroup Indonesia memproyeksikan permintaan atas komoditas pangan khususnya yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif masih tinggi yakni dari negara-negara emerging market. Dengan demikian harga komoditas itu masih berpeluang naik sepanjang 2008-2009.

Namun untuk komoditas lain, khususnya logam dan minyak mentah dunia, menurut Director Country Economist Citigroup Indonesia Anton Gunawan, harganya mulai menunjukkan penurunan seiring berkurangnya permintaan.

Melambatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) hingga menunjukkan tanda-tanda menuju resesi ekonomi, menjadi pemicu menurunnya harga logam dan minyak mentah. Permintaan akan berkurang, sehingga ekspor dari negara-negara produsen ke AS berkurang.

Perubahan harga sejumlah komoditas
TahunEthanolJagungEmasMinyak mentah
20048,25%-16,77%5,43%33,61%
20055,91%6,94%20,36%44,92%
200635,32%80,88%23,18%0,02%
2007-11,01%16,72%30,95%57,22%
Sumber: Citigroup Indonesia yang diolah dari Bloomberg

Citigroup memprediksi volume impor AS terus menunjukkan penurunan. Pada kuartal I 2008 negara itu tidak melakukan pembelian dari negara lain.

Namun pada kuartal II dan ke III volume impor terus menurun yakni menjadi minus 0,6 dan minus 0,5, dan pada kuartal keempat kembali nol.

Persediaan minyak

Departemen Energi AS pada 13 Februari 2008 melaporkan jumlah persediaan minyak mentahnya naik 6,4% menjadi 18,2 juta barel sepanjang lima pekan terakhir. Total permintaan minyak turun 1,8% menjadi 20,1 juta barel pada pekan lalu. AS merupakan negara konsumen minyak terbesar dunia.

Merrill Lynch & Co memproyeksikan permintaan atas komoditas pertanian dan logam mulia masih tinggi setahun ini khususnya dari negara emerging market. Kurs dolar AS yang semakin melemah dan menurunnya harga saham di AS memicu para investor mencari alternatif investasi.

"Tahun ini akan menjadi tahun positif bagi pertumbuhan keuntungan dari sektor komoditas. Permintaan yang masih tinggi dari emerging market, produksi yang terbatas, dan persediaan yang berkurang menjadi faktor pemicu tingginya harga," kata Francisco Blanch, head of global commodities research Merrill Lynch seperti dikutip Bloomberg.

Sepanjang 2008 pasokan dan permintaan produk pertanian semakin ketat, seperti untuk produk-produk gas alam, kacang kedelai, minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO), nikel, emas, dan perak. Persediaan minyak dan produk pertanian global terus menunjukkan penurunan karena permintaan yang tinggi sehingga memicu lonjakan harga.

Blanch menambahkan harga kedelai, gandum, dan CPO setahun ini terus memperbaharui rekor tertingginya dipicu meningkatnya permintaan dari India dan China.

Pasokan kedelai ke AS terus menurun setelah petani mengurangi tanamannya dalam empat tahun ini menjadi 2,6 miliar bushel. Persediaan kedelai AS akan anjlok 160 juta bushel dari 574 juta tahun ini.

Harga kontrak berjangka kedelai mencapai rekor US$13,98 per bushel pada perdagangan akhir pekan. Setahun ini harga sudah melonjak 86%.

Harga perak akan bertengger dikisaran US$14,46 per ounce pada 2008, dibandingkan dengan harga rata-rata pada 2007 sebesar US$13,39. (berliana.elisabeth@bisnis.co.id)

Oleh Berliana Elisabeth S.
Bisnis Indonesia

© Copyright 2001 Bisnis Indonesia. All rights reserved. Reproduction in whole or in part without permission is prohibited.

Bisnis 18-Feb-08: Pemerintah jaga harga HPP kedelai minimum Rp5.500 per kg


Agribisnis
Senin, 18/02/2008
Pemerintah jaga harga HPP kedelai minimum Rp5.500 per kg
JAKARTA: Pemerintah akan menjaga harga kedelai di tingkat perajin tahu dan tempe stabil pada batas harga minimum Rp5.500 per kg dan maksimal Rp6.500 per kg melalui pengadaan kedelai lokal oleh Perum Bulog.

"Harga di pasar kita harapkan tidak lebih dari Rp6.000-Rp6.500 per kg sampai di tingkat produsen tahu tempe. Itu bagi petani sudah untung, mungkin konsumen bilang mahal tetapi tempe dan tahu kandungan gizinya lebih tingggi daripada nasi," kata Dirjen Tanaman Pangan, Departemen Pertanian, Sutarto Alimoeso, akhir pekan lalu.

Dalam rangka itu, Deptan bersama Perum Bulog dan Bank Artha Graha Internasional akan bekerja sama untuk mendorong petani menanam kedelai sehingga produksi nasional meningkat hingga mencapai status swasembada.

Kerja sama itu akan ditindaklanjuti dengan penandatanganan nota kesepahaman dalam waktu dekat itu.

Nota itu isinya berupa program jaminan pembelian kedelai petani dengan harga yang ditetapkan pemerintah (HPP/harga pembelian pemerintah) dan Bulog sebagai penyalur kebutuhan perajin tahu dan tempe melalui Inkopti (Induk Koperasi Tahu Tempe) dan Primkopti (Primer Koprasi Tahu Tempe Indonesia).

Kebutuhan dan produksi kedelai (juta ton)
Kebutuhan2
Produktivitas1,3
Pasokan impor1,2
Pasokan dalam negeri0,6
Sumber: Ditjen Tanaman Pangan, 2008

"Kita harapkan minimum [HPP] bisa Rp5.500 per kg. Ini sesuai dengan desakan rakyat melalui DPR. Bulog diminta menjadi penyangga untuk komoditas kedelai," ujarnya.

Dengan HPP sebesar itu, lanjutnya, harga kedelai di tingkat pengrajin tahu dan tempe dapat ditahan antara Rp6.000 dan Rp6.500 per kg. Deptan nantinya akan membina petani untuk mengelola lahan kedelai seluas minimal 100.000-200.000 hektare yang diperkirakan bisa memproduksi sekitar 300.000 ton per tahun.

Menurut dia, butir utama yang akan dimasukkan dalam MoU antara Deptan dan Perum Bulog adalah Ditjen Tanaman Pangan bersama dinas pertanian serta pemprov melakukan pembinaan pada petani.

Produksi naik

Selanjutnya hasil produksi akan dibeli Bulog dengan patokan HPP dengan menggunakan fasilitas anggaran dari perbankan. Menurut dia, peran Bulog sebagai offtaker yang membeli kedelai sesuai HPP diharapkan bisa meningkatkan produksi kedelai nasional. Jaminan harga akan menyokong upaya pemerintah menuju kemandirian produksi kedelai, hingga mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri.

Produksi kedelai dalam negeri tahun lalu baru mencapai sekitar 600.000 ton, jauh lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat dalam setahun yang mencapai 1,8 juta hingga dua juta ton. "Kita harapkan dengan itu petani bergairah (menanam kedelai) dan mendapat keuntungannya wajar," katanya.

Selama ini, kebutuhan kedelai yang sebesar 1,8 juta ton hingga 2 juta ton per tahun lebih banyak dipasok dari impor mengingat produksi dalam negeri hanya 600.000 ton. (k34) (linda.silitonga@bisnis.co.id/martin.sihombing@bisnis.co.id)

Oleh Linda T. Silitonga & Martin Sihombing
Bisnis Indonesia

© Copyright 2001 Bisnis Indonesia. All rights reserved. Reproduction in whole or in part without permission is prohibited.

Bisnis 19-Feb-08: Inkopti & Inkobama Didorong Distribusikan Kedelai Impor


Usaha Kecil & Koperasi
Selasa, 19/02/2008
Inkopti & Inkobama didorong distribusikan kedelai impor
JAKARTA: Kementerian Koperasi dan UKM mendorong Inkopti dan Inkobama menjadi distributor kedelai untuk produsen tahu dan tempe, setelah memperoleh tiga perusahaan yang berkomitmen mengimpor komoditas bahan baku tersebut.

Asisten Deputi Urusan Ekspor Impor Kementerian Koperasi dan UKM Prijadi Atmadja mengatakan kebijakan tersebut untuk memberdayakan jaringan koperasi dan anggotanya yang menghadapi kelangkaan kedelai.

"Kedua induk koperasi yang kami dorong menjadi distributor kedelai ke perajin tahu dan tempe adalah Inkopti dan Inkobama," ujar kepada Bisnis kemarin.

Induk Koperasi Tahu Tempe (Inkopti) memiliki jaringan koperasi primer tahu tempe (kopti) hingga 200 unit yang tersebar di berbagai daerah, sedangkan Induk Koperasi Bahan Makanan (Inkobama) juga memiliki jumlah anggota yang sama.

Terkait dengan nama calon pengimpor kedelai, Prijadi tidak bersedia menyebut nama perusahaan yang akan menjadi importir alternatif tersebut. "Ada tiga perusahaan skala UKM masuk dalam nominasi importir alternatif."

Mereka dianggap layak menjadi importir, karena berpengalaman menjalin kerja sama dengan pihak asing, seperti melakukan pameran berkesinambungan di mancanegara dan memiliki jaringan bisnis.

Meski upaya memaksimalkan anggota kedua induk koperasi tersebut sudah matang, tapi Kemenkop masih harus berjuang untuk melakukan fasilitasi unit-unit koperasi tersebut untuk mendapatkan kredit usaha rakyat (KUR).

KUR, kata Prijadi, tidak diperuntukkan bagi koperasi, tapi kepada individu pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Sedangkan kerja sama dengan importir alternatif, koperasi-koperasi memerlukan modal.

"Salah satu poin yang harus dipenuhi sehingga importir alternatif tersebut bersedia memasok kedelai ke Indonesia adalah jaminan atas distribusi dan jangka pembayaran komoditas," papar Prijadi.

Untuk memperlancar arus masuk kedelai impor sekaligus memenuhi kebutuhan perajin tahu tempe, Kemenkop melakukan upaya agar anggota dari dua induk koperasi bisa mendapat program kredit usaha rakyat (KUR).

Prijadi akan melakukan presentasi di hadapan enam bank penyalur KUR bahwa koperasi juga layak mengakses dana itu. "Kami akan tawarkan agar koperasi juga mempunyai kewajiban menanggung risiko kemacetan."

Dengan asumsi pinjaman maksimal Rp500 juta, keterlibatan koperasi bisa menjawab kebutuhan bahan baku tahu dan tempe. Dari 120.000 ton per bulan kedelai kebutuhan nasional, sebanyak 80.000 ton di antaranya untuk keperluan perajin tahu dan tempe.

Belum jelas

Terkait dengan penawaran kerja sama importir dengan anggota koperasi yang difasilitasi Kemenkop, Ketua Inkopti Achmad Sulchan menilai penawaran itu belum jelas, karena masih sebatas wacana.

"Kami tetap berupaya mencari jalan terbaik untuk ditribusi kedelai di Indonesia. Karena itu kami terus berembug dengan berbagai pihak, termasuk dengan pejabat Kemenkop dan UKM," paparnya.

Tentang tawaran dari Kemenkop agar anggota Inkopti memanfaatkan fasilitas KUR supaya peranan importir baru bisa maksimal mendatangkan kedelai, Sulchan kembali menekankan bahwa itu juga masih sebatas wacana.

Sulchan mengatakan koperasi sekunder yang dipimpinnya selama ini juga berperan sebagai distributor karena menyalurkan kedelai kepada perajin tahu tempe.

Jaminan bahwa suplai kedelai akan lancar jika menjalin kerja sama dengan importir baru, Sulchan mengatakan itupun belum jelas. "Masih wacana," ujarnya. (ginting.munthe@bisnsis.co.id)

Oleh Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesia

© Copyright 2001 Bisnis Indonesia. All rights reserved. Reproduction in whole or in part without permission is prohibited.






17 February 2008

Bisnis 13-Feb-08: Mitratani27 Perkenalkan Kedelai Unggul

Rabu, 13/02/2008 15:20 WIB

Mitratani27 perkenalkan kedelai unggul

oleh : Moh. Fatkhul Maskur

JAKARTA: PT Mitratani27 memperkenalkan varietas unggul tanaman kedelai Gumitir dan Argopuro, yang mampu mencapai produktivitas 3 ton per hektare.

Mitratani27 memiliki basis budidaya di Jember Jawa Timur.Sementara itu, kedelai lokal umumnya hanya mampu mencapai angka produktivitas tidak lebih dari 2 ton per ha.

"Adanya benih unggul kedelai nasional diharapkan bisa memberikan optimisme baru kepada petani," ujar Hesty Purwanti, Direktur Bahana Arta Ventura (BAV), pada pameran gelar karya PKBL BUMN.

BAV memiliki 54% saham Mitratani27 dan sisanya dikuasai PT Perkebunan Nasional X. Selain itu, diharapkan memberi pandangan kepada pemerintah agar membantu petani untuk meningkatkan produktivitasnya dengan memberi bantuan modal kerja dan infrastuktur yang memadai.

Penelitian kedua benih tersebut dilakukan sejak 1996, di mana dari 43 galur benih (varietas) hanya keduanya yang sesuai dengan kondisi alam Indonesia. (dj)

bisnis.com

http://web.bisnis.com/sektor-riil/agribisnis/1id43547.html

Bisnis 15-Feb-08: Petani Diminta Perhatikan Kualitas Kedelai

Jumat, 15/02/2008 19:51 WIB

Petani diminta perhatikan kualitas kedelai

oleh : Djony Edward

JAKARTA (Antara): Petani diminta memperhatikan kualitas produksi kedelai sehingga memenuhi standar internasional jika ingin menembus pasar ekspor.

Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada Jogjakarta, Prof Dr Ir Mary Astuti MSc di Jakarta, Jumat mengatakan, selama ini petani kedelai kurang memperhatikan kualitas produksinya.

"Kadar air melebihi yang ditetapkan ataupun banyak yang dicampur dengan kerikil," katanya.

Menurut dia, pemerintah baik Departemen Pertanian maupun Departemen Perdagangan sebenarnya telah mengeluarkan ketentuan standar kualitas kedelai namun masih banyak petani yang mengabaikannya.

Oleh karena itu, tambahnya, diperlukan pendampingan terhadap petani dalam penangnan pasca panen sehingga terjamin kualitas hasilnya.

Menyinggung program swasembada kedelai yang ditetapkan pemerintah, dia mengatakan, produksi harus ditingkatkan hingga 15 persen per tahun.

"Diharapkan kalau memang tercapai swasembada maka impor kedelai nasional tinggal sembilan persen," katanya.

Terkait dengan peningkatan mutu dan produktivitas kedelai petani, sejak 2003 UGM bekerjasama dengan Yayasan Unilever Indonesia melakukan pendampingan kepada petani di tujuh wilayah.

Ketujuh wilayah tersebut yakni DI Yogyakarta, Kabupaten Ngawi, Nganjuk, Madiun, Trenggalek Jawa Timur serta Klaten Jawa Tengah.

Mary Astuti mengatakan, dari hasil pendampingan tersebut produktivitas kedelai petani mampu ditngkatkan dari rata-rata produktivitas nasional.

"Produktivitas rata-rata nasional saat ini 1,3 ton per hektar sedangkan hasil petani ditujuh kabupaten tersebut antara 1,65 hingga 2,95 ton per hektar," katanya.

Sementara itu Manajer Program UKM Yayasan Unilever Indonesia, Maya Tamimi mengatakan, pihaknya menampung kedelai produksi petani tersebut untuk industri kecap.

Kedelai yang dikembangkan petani binaannya yang mencapai 6.500 petani mencakup araeal 1171 ha itu merupakan kedelai hitam yang merupakan bahan baku kecap.

Mengenai harga pembelian perusahaan tersebut ke petani, Maya enggan menyebutkan angka pasti. "Yang jelas bersaing dengan harga di pasaran," katanya.

Pada kesempatan itu, Mary yang juga pakar teknologi pangan itu mengatakan, kedelai hitam memiliki kandungan protein antara 37-41 persen.

Selain itu kandungan asam mino glutamate pada kedelai hitam lebih tinggi dari kedelai kuning sehingga rasa kedelai hitam lebih gurih dari kedelai kuning.

bisnis.com

http://web.bisnis.com/umum/1id44129.html

12 February 2008

Kompas 12-Feb-08: Rp 1 Triliun untuk Produksi Kedelai

Rp 1 Triliun untuk Produksi Kedelai
Selasa, 12 Februari 2008 | 02:58 WIB

Jakarta, Kompas - Pemerintah mengalokasikan dana Rp 1 triliun untuk meningkatkan produksi komoditas tanaman pangan. Oleh Departemen Pertanian dana tersebut akan digunakan untuk meningkatkan produksi kedelai nasional, yaitu 608.263 ton pada tahun 2007 menjadi 1 juta ton pada tahun ini.

Sebelumnya, Deptan hanya menargetkan produksi sebanyak 710.915 ton atau naik 20 persen dibandingkan dengan 2007. Target produksi lalu direvisi menjadi 800.000-900.000 ton.

Sekretaris Jenderal Deptan Hasanudin Ibrahim, Senin (11/2) di Jakarta, mengatakan, tambahan anggaran Rp 1 triliun akan dimanfaatkan antara lain untuk memberikan bantuan benih kedelai varietas unggul kepada petani.

Dana itu diambil dari APBN Perubahan 2008, yaitu dari hasil penghematan sebesar 15 persen dari anggaran departemen dan lembaga nondepartemen.

Penghematan di Deptan mencapai Rp 1,395 triliun. Sebelumnya, anggaran Deptan dalam APBN 2008 sebesar Rp 9,3 triliun.

Meski realisasi anggaran peningkatan produksi pertanian itu baru ditetapkan dalam APBN-P, Hasanudin meyakini, alokasinya tidak terlambat. Itu disebabkan musim tanam kedelai dilakukan saat musim hujan mulai berkurang atau di musim gadu.

Ia menjelaskan, untuk memproduksi 1 juta ton kedelai diperlukan lahan seluas 1 juta hektar. Dari 1 juta hektar itu, 600.000 hektar di antaranya tidak memerlukan intervensi pemerintah sebab petani sendiri yang akan menanaminya. Petani tertarik karena ada jaminan harga yang relatif tinggi saat panen nanti.

Saat ini harga kedelai lokal Rp 6.500 per kilogram atau naik Rp 3.000 dari tahun lalu. Namun, harga kedelai di luar Jawa masih ada yang di bawah Rp Rp 5.000 per kg, dampak dari masalah transportasi.

Jaminan pasar

Menurut Hasanudin, pihak swasta akan diajak untuk menanam kedelai dengan insentif jaminan harga dan pembelian barang, yang diawali pada awal tahun. Perum Bulog dan BRI akan bertindak sebagai penjamin. Budidaya sistem ini akan dilakukan di lahan seluas 120 hektar.

Dalam diskusi yang diselenggarakan Fraksi Partai Golkar (F-PG) DPR, anggota F-PG Bomer Pasaribu mengatakan, pertanian Indonesia kekurangan daya dukung lahan pertanian.

Kondisinya menjadi semakin buruk karena konversi lahan pertanian yang subur untuk industri, perumahan, perkantoran, atau sektor lain terus terjadi. Tiap tahun rata-rata 35.000 hektar sawah beririgasi dikonversi. (MAS)

http://www.kompas.com/kompascetak/read.php?cnt=.kompascetak.xml.2008.02.12.02580349&channel=2&mn=3&idx=3

08 February 2008

Harga Kedelai di Bogor Mulai Turun 7-Feb-08


Harga Kedelai di Bogor Mulai Turun 7-Feb-08

Ketika berbelanja di Pasar Anyar, Bogor, kemarin, Kami 7-Feb-08, sekitar jam 0800 pagi, saya sempat ngobrol-ngobrol dengan Mas Pekalongan ini. Menurutnya, harga kedelai sudah turun menjadi sekitar Rp 6500/kg di Bogor.

Sebelum kenaikan harga, Mas Pekalongan ini menjual tempehnya sekitar Rp 2000/keping (yang berbungkus plastik ataupun berbungkus pisang), sekarang ia harus menjualnya Rp 2500/keping. Saya yang pemakan tempe ini, kemarin membeli 4 potong yang berbungkus daun pisang.

Salam dari Bogor.

07 February 2008

Bisnis 6-Feb-08: Kalteng kembangkan kedelai

Rabu, 06/02/2008

Kalteng kembangkan kedelai

JAKARTA: Provinsi Kalimantan Tengah mengembangkan tanaman kedelai seluas 100.000 ha, sebagai upaya mengatasi krisis bahan baku tempe dan tahu di Tanah Air.

Gubernur Kalteng Teras Narang mengungkapkan pembukaan lahan kedelai seluas itu akan direalisasikan dalam jangka waktu tiga tahun.

"Untuk tahap pertama [tahun ini] dibuka 15.000 ha di enam kabupaten di Kalteng yang memiliki kemampuan mengembangkan kedelai," ujarnya kemarin.�

Kalteng saat ini memiliki� sentra tanaman kedelai antara lain di Pulang Pisau, Kotawaringin Timur dan wilayah Kelampangan dan Kota Palangka Raya.

Bila program pengembangan 100.000 ha tanaman kedelai terealiasi, menurut Narang, maka pada 2010 produksi komoditas itu di Kalteng menembus angka 130.000 ton per tahun. "Hal itu dimungkinkan karena� asumsi produktivitas kedelai di Kalteng saat ini sekitar 1,3 ton per ha."

Dia mengakui proyek pengembangan 100.000 ha kedelai� terbilang ambisius, mengingat produksi kedelai provinsi yang dipimpinnya masih sekitar 700 per tahun-800 ton per tahun. Angka tersebut belum mampu mencukupi kebutuhan kedelai Kalteng yang mencapai 1.200 ton per tahun.

Produksi kedelai Kalteng tadi bahkan hanya menyumbang 0,1% bagi kontribusi nasional, meski tiap tahun mengalami peningkatan produksi 20%.

Bantuan bibit

Tapi, Narang optimistis proyek pengembangan 100.000 ha tanaman kedelai dapat terwujud, asalkan mendapat dukungan dari pemerintah pusat. "Kami mengharapkan Deptan memberikan bantuan bibit kedelai kepada para petani di Kalteng yang akan mengembangkan tanaman tersebut."�

Di sisi pemerintah daerah, menurut dia, jajarannya akan berupaya menggairahkan kembali para petani setempat untuk menanam kedelai yang dalam beberapa tahun lalu enggan menggembangkannya karena harga jualnya tidak kompetitif.

"Pengembangan pertanian kedelai skala luas tadi juga sebagai upaya menghilangkan kebiasaan pembakaran lahan yang dilakukan masyarakat. Melalui program itu diharapkan dapat diterapkan pola tanam berkesinambungan dengan tanaman padi," tandasnya.

Oleh karena itu, Narang menegaskan sasaran utama dari pengembangan 100.000 ha tanaman kedelai adalah lahan-lahan terlantar milik masyarakat yang sering menimbulkan bencana kebakaran hutan dan lahan.

"Kalau bisa kita harapkan petani dapat melakukan intensifikasi pertanian guna meningkatkan produktifitas lahan hingga 1,5 ton per ha," tandasnya.

Oleh Ismail Fahmi
Bisnis Indonesia

http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/agribisnis/1id42248.html