05 March 2008

Agro Observer Jun-07: Kecap Zebra Bertahan 61 Tahun


KECAP ZEBRA BERTAHAN 61 TAHUN

Di tengah gerusan persaingan keras dari kecap merk lain yang dimiliki perusahaan besar, kecap Zebra mampu bertahan selama 61 tahun. Ini merupakan hasil kombinasi antara kepiawaian mengelola bisnis dan keteguhan hati untuk memiliki sendiri sebuah usaha tanpa tergiur rayuan permodalan besar.

Oleh: Irwan Yudha Putra

Sebagian besar masyarakat Bogor dipastikan mengenal kecap ini. Pasalnya memang kecap merek Zebra sudah lama diproduksi dan sudah akrab di lidah orang Bogor, terutama buat masyarakat golongan menengah kebawah.

Pabrik kecap Zebra berdiri tahun 1945 dan didirikan oleh Soedjono yang berasal dari Juana – Pati Jawa Tengah. Ia mendirikan usaha ini berbekal keahlian dalam membuat kecap yang diperoleh secara turun temurun tradisi dari orang tuanya. Pada waktu itu Soedjono hanya memiliki kurang lebih 10 orang karyawan dengan tempat usahanya berupa sebuah rumah yang berlokasi di desa Gunung Batu Bogor.

Produk awal yang diluncurkan bermerk Badak. Namun umur kecap Badak tersebut hanya bertahan 5 tahun. belum adanya paten merek Badak dan adanya persaingan tidak sehat menyebabkan usaha ini pada awal-awalnya sempat mengalami kerugian, bahkan merek Badak pernah dipalsu kan. Tahun 1960 kecap Cap Badak diganti merknya dengan Cap Zebra dan dipatenkan langsung pada waktu itu. Sejak saat itu hingga sekarang merek yang dipakai adalah Zebra.

Proses produksi kecap Zebra baik fermentasi, pengolahan maupun pengemasan masih tradisional, bahan baku utama yang digunakan yaitu kedelai difermentasikan selama 1 bulan untuk selanjutnya diolah menjadi kecap. Bahan lain yang paling banyak diperlukan adalah gula kelapa. Dari 3 ton kedelai dan 2 ton gula merah dapat dihasilkan 200 hingga 300 lusin kecap dalam botol 620cc.


Harga yang ditetapkan cukup bersaing dengan harga yaitu Rp.6.600 per botol. Dari segi kemasan produknya, cukup rapih, bagian tutupnya memiliki label standar untuk melindungi dan membedakan mana yang masih baru dan mana yang sudah pernah dibuka. Label mereknya sederhana, hanya sebatas warna hitam dan putih dan memiliki keterangan pengesahan dari Departemen Kesehatan. Dalam label merek juga dicantumkan komposisi dari kecap itu sendiri yaitu Kacang Kedelai, Gula Kelapa, Garam, Air, Bumbu dan pengawet yaitu Natrium Benzoat. Berat bersih kecapnya mencapai 620 ml.

Kendala Pemasaran. Untuk pemasaran sampai sekarang pengelola belum berani memperluas sampai Jakarta karena tidak memiliki permodalan yang kuat apalagi dalam hal promosi. Untuk pemasaran dari awal berdiri hingga sekarang meliputi daerah Bogor saja seperti pasar Bogor, pasar Anyar, sampai pasar Cileungsi, “ Promosi pernah kami lakukan, tappi ya itu kalah, kalah bersaing dengan kecap-kecap lain, y karena kalah modal untuk promosi itu,” tutur kata Djoko Pramono, manajer operasional pabrik kecap Zebra.

“ Promosi pernah kami lakukan, tapi ya itu, kalah bersaing dengan kecap-kecap lain, ya karena kalah modal untuk promosi itu.”

Pernah sempat dicoba untuk memperluas pemasaran tetapi kurang berhasil. Promosi yang dilakukan kalah bersaing dengan merek-merek kecap lainnya yang memberikan bonus, hadiah dan lain sebagainya. Promosi yang dilakukan selama ini masih bersifat dari mulut ke mulut antar pelanggan, penawaran langsung dari pengelola kecap Zebra kepada pemilik rumah-rumah makan, pedagang kaki lima dan industri makanan yang ada di kota Bogor. Segmen pasarnya adalah industri penyedia makanan siap saji di Bogor.

Omzet yang dihasilkan dari home industry ini tidak begitu besar namun cukup untuk menghidupi para tenaga kerjanya yang berasal dari penduduk yang bertempat tinggal disekitar pabrik. Perputaran modal yang dihasilkanpun sifatnya masih kecil. Home industri ini sering mendapat kerugaian akibat dampak dari perubahan harga bahan baku kedelai yang cukup fluktuatif. Pada saat harga bahan baku meningkat, harga produk tidak dapat dinaikkan begitu saja tetapi jumlah produksi dikurangi untuk menekan kerugian. “Pasaran bisa turun 10%” kata Djoko.

Pada waktu krisis ekonomi, imbasnya juga dirasakan oleh kecap Zebraini. Rugi tahunan pernah terjadi pada tahun 1990 an. Namun, karena keuletan para pengelolanya, kecap Zebra dapat terus bertahan hingga sekarang. Kiat dari kecap Zebra untuk bisa terus bertahan adalah menjaga mutu, harga dan pelayanan. Penerimaan masyarakatpun sudah cukup luas dan kecap Zebra pun dikenal hingga sekarang.

Ketika ditanya mengenai rencana kedepan dari para pengelolanya, dari jawaban yang diberikan dapat ditarik kesimpulan bahwa kecap Zebra ini akan diteruskan sebagai home industry. “ Yah mungkin dijadikan suatu warisan keluarga terus menerus.” Kata Djoko.

Untuk permodalan kecap Zebra meminjam dari Bank BNI. Pinjaman yang dilakukan dipergunakan untuk oprasional dan mengantisipasi pengurangan modal akibat dampak kenaikan harga bahan baku. Pemerintah daerah Bogor dari selama jalannya usaha ini pernah membantu tetapi hanya sebatas penyuluhan.

Pabrik kecap Zebra berlokasi di daerah Ciampea Bogor, dekat pondok pesantren Darussolihin. Luas pabrik serta kantornya sebesar 50 x 30 m2 yang terdiri dari bangunan kantor, bangunan tempat fermentasi, bangunan tempat pengolahan kecap seluas 10 x 5 m2 , bangunan tempat pengemasan kecap serta bangunan tempat parkir kendaraan. Sebelum memasuki pintu gerbang, pemandangan di luar lokasi pabrik cukup indah karena terhampar lahan sawah yang subur. Ciampea juga termasuk daerah pertanian di Kabupaten Bogor.

Agro Observer, Juni 2007, p56-57.

2 comments:

Unknown said...

Pertahankan terus mutu dan rasanya, jangan berubah... walaupun pernah dikhianati oleh karyawannya sendiri... bravo " KECAP ZEBRA " saya tidak akan melupakanmu...

Unknown said...

Mau Tanya gimana caranya supaya bisa masuk menjadi supplier gula kelapa di pabrik kecap Zebra. Konfirmasi hubungi di HP:081390443006 atau 02470158682